Tuesday, 15 December 2015

Pagi ini aku mengajar di kelas 8. Kebetulan materi pembelajarannya tentang menanggapi pementasan drama. Belum juga saya selesai menyampaikan maksud dan tujuan pembelajaran, seorang anak kemudian bertanya: "Pak, untuk materi seperti ini kenapa Bapak tidak membawa saja kami ke laboratorium bahasa. Di sana, ntar Bapak bisa putarkan VCD drama dan kami tinggal menyimaknya, enakkan...?" Mendengar pertanyaan tersebut aku tersenyum saja, lalu menjawab: "Wah, itu ide yang sangat bagus..., tapi...!" "Tapi.., tapi.. kenapa Pak?" Anak tersebut balik bertanya. Aku pun menjawab dengan sedikit berdiplomasi untuk sekedar menutupi kemalasanku dalam mengoperasikan perangkat-perangkat di ruang laboratorium bahasa yang memang masih baru tersebut. "Begini Nak, Bapak bisa memperbaiki radio, televisi, maupun AC itu, karena terlebih dulu Bapak belajar dari barang-barang tersebut yang masih baru. Maksud Bapak, Bapak harus merusak barang-barang itu untuk kemudian dicoba-coba perbaiki berulang kali sampai berhasil." Aku menghela nafas sejenak. Kulihat semua murid terdiam seperti tak sabar menunggu kelanjutan bicaraku. "Nah, haruskah perangkat-perangkat di laboratorium itu terlebih dulu rusak oleh Bapak, supaya Bapak bisa memakai dan mengoperasikannya...!" Terlihat wajah-wajah mereka semakin penasaran mendengarnya dan aku pun melanjutkan bicara. "Ogah ah. Kalau harus begitu. Bapak takut dimarahi teman-teman Bapak. Malah bisa-bisa anak dan istri Bapak setahun nggak makan nantinya..!" Terlihat wajah-wajah mereka seperti memelas kali ini. "Sudahlah, daripada hanya menjadi penonton saja. Yuk kita main drama-dramaan sendiri saja di kelas. Trus nanti ganti-gantian kita ngasih komentar. Tapi jagan hanya komentar-komentaran." Kemudian seorang murid bertanya : "Kenapa gak boleh komentar-komentaran Pak?" "Materi pembelajaran kali ini kan menanggapi pementasan drama. Jadi dramanya boleh drama-dramaan, tapi komentarnya harus benar-benar yang berisi tanggapan atas drama-dramaan tersebut. Jadi, harus logis dan disertai bukti atau alasan yang masuk akal. Ini inti pelajaran pagi ini." Kemudian anak-anak bergabung dalam beberapa kelompok kecil. Mereka mulai mempersiapkan kelompoknya untuk memerankan sebuah drama secara sepontan. Beberapa saat kemudian kelompok-kelompok itu pun bergantian saling memerankan drama. Sementara kelompok yang sedang tidak mendapat giliran di depan menyimak dan kemudian saling memberikan tanggapan dengan sangat antusias. Pelajaran pagi ini berjalan dengan penuh kegembiraan, tampak wajah-wajah mereka berseri kembali setelah disuntukkan oleh Ulangan Matematika pada jam pelajaran pertama tadi.
***

0 komentar:

Post a Comment