Pagi ini aku mengajar di kelas
8. Kebetulan materi pembelajarannya tentang menanggapi pementasan drama. Belum
juga saya selesai menyampaikan maksud dan tujuan pembelajaran, seorang anak
kemudian bertanya: "Pak, untuk materi seperti ini kenapa Bapak tidak
membawa saja kami ke laboratorium bahasa. Di sana, ntar Bapak bisa putarkan VCD
drama dan kami tinggal menyimaknya, enakkan...?" Mendengar pertanyaan
tersebut aku tersenyum saja, lalu menjawab: "Wah, itu ide yang sangat
bagus..., tapi...!" "Tapi.., tapi.. kenapa Pak?" Anak tersebut
balik bertanya. Aku pun menjawab dengan sedikit berdiplomasi untuk sekedar
menutupi kemalasanku dalam mengoperasikan perangkat-perangkat di ruang
laboratorium bahasa yang memang masih baru tersebut. "Begini Nak, Bapak
bisa memperbaiki radio, televisi, maupun AC itu, karena terlebih dulu Bapak
belajar dari barang-barang tersebut yang masih baru. Maksud Bapak, Bapak harus
merusak barang-barang itu untuk kemudian dicoba-coba perbaiki berulang kali
sampai berhasil." Aku menghela nafas sejenak. Kulihat semua murid terdiam
seperti tak sabar menunggu kelanjutan bicaraku. "Nah, haruskah
perangkat-perangkat di laboratorium itu terlebih dulu rusak oleh Bapak, supaya
Bapak bisa memakai dan mengoperasikannya...!" Terlihat wajah-wajah mereka
semakin penasaran mendengarnya dan aku pun melanjutkan bicara. "Ogah ah.
Kalau harus begitu. Bapak takut dimarahi teman-teman Bapak. Malah bisa-bisa
anak dan istri Bapak setahun nggak makan nantinya..!" Terlihat wajah-wajah
mereka seperti memelas kali ini. "Sudahlah, daripada hanya menjadi
penonton saja. Yuk kita main drama-dramaan sendiri saja di kelas. Trus nanti
ganti-gantian kita ngasih komentar. Tapi jagan hanya komentar-komentaran."
Kemudian seorang murid bertanya : "Kenapa gak boleh komentar-komentaran
Pak?" "Materi pembelajaran kali ini kan menanggapi pementasan drama.
Jadi dramanya boleh drama-dramaan, tapi komentarnya harus benar-benar yang
berisi tanggapan atas drama-dramaan tersebut. Jadi, harus logis dan disertai
bukti atau alasan yang masuk akal. Ini inti pelajaran pagi ini." Kemudian
anak-anak bergabung dalam beberapa kelompok kecil. Mereka mulai mempersiapkan
kelompoknya untuk memerankan sebuah drama secara sepontan. Beberapa saat
kemudian kelompok-kelompok itu pun bergantian saling memerankan drama.
Sementara kelompok yang sedang tidak mendapat giliran di depan menyimak dan
kemudian saling memberikan tanggapan dengan sangat antusias. Pelajaran pagi ini
berjalan dengan penuh kegembiraan, tampak wajah-wajah mereka berseri kembali
setelah disuntukkan oleh Ulangan Matematika pada jam pelajaran pertama tadi.
***
0 komentar:
Post a Comment