Monday 28 December 2015

Malam pun kian berkabut tebal hitam nan kelam
mengurai dalam rinai rintik-rintik hujan
dingin menembus menusuk relung kalbu
Adakah bahagia dalam gelapnya malam
ketika setitik cahaya berlomba di gulitanya malam
Sementara semilir angin di senja itu
telah benar-benar membawamu berlalu
teriak dan sapaku pun tak lagi menahan langkahmu
mengejar bayang-bayangmu seperti tak kuasa lagi kulaku
hingga di penghujung waktu aku tertimpuk batu
biru dan membeku

***

Friday 25 December 2015

Rinduku pada bumiku begitu menggebu
 sebuah desa di balik punggung bukit itu
 hawa sejuk dingin menusuk kalbu
semilir bertiup angin di sela-sela pepohonan menghijau
dedaunan merindang  bagai mendendang sebuah tembang
tembang-tembang kenangan yang kian membayang
yang tak akan menghilang hingga sekarang

Masih melintas jelas berjuta kenangan padanya
senyum canda dan tawa bahagia berjuta insan di sana
dalam kesahajaan dan penuh bersaudara
para punggawa yang bijaksana
para dara yang begitu jelita
para pemuda yang begitu perkasa
para tentara yang begitu setia

Rinduku pada anak-anak itu
mereka begitu lucu dan lugu
tanpa malu-malu bergelut dengan buku-buku
juga bangku-bangku itu demi menuntut ilmu
bekal hidup di masa depanmu

Kini bumiku tempat berpijak bukanlah bumi itu
kini indahnya pagi bukan milikku lagi
tak kudengar kicau burung di pagi hari
tak kulihat bening titik embun di atas dedaunan

tak kunikmati hangat sinar mentari di pagi hari
Dinding-dinding tinggi merintang
beton-beton batu menjulang
sekat-sekat jeruji menghalang
jalan-jalan panjang merentang
Desa kusayang
ingin kuberlari pulang


***




Thursday 24 December 2015

Kau lempar aku bagai sebutir pelor
melesat dari ujung popor
Kau tampar aku bagai sebuah selancar
terdampar pada batu berpadas keras

Kau kibas aku bagai setitik debu
melekat di ujung jemarimu
Kau pangkas aku bagai segumpal benalu
bercokol di pangkal bahumu

Aku lelah
Aku gerah
Dan aku mara
Tapi, tak berdaya  aku

Aku lemah
Aku kalah
Dan aku menyerah
pasrah dalam sandiwaramu

***

Bila kita tak lagi bicara
dan kata-kata hilang mak
hanya asa tersisa
merangkai berjuta tanya

Mengapa....
kau diam....
kau bungkam....
dan membisu
Adakah...
salahku....
dosaku...
hingga kau begitu

Dalam seribu bahasa kau terdiam
Tanpa bicara lewat kata dan tatap mata
Dalam diam kau bertahan
Dalam diam ku tak tahan

***

Bila saja kita tak cukup dewasa
bisa saja kita tak pernah lagi bicara
tenggelam dalam diam seribu bahasa
menekan hasrat ingin melupa
tentang sepenggal kisah di antara kita

Pernah bersama kita terbang berkali
melayang, melambung kian meninggi
menuju langit biru dan menjauh bumi
hendak menggapai bintang-bintang berseri
pada bulan dan bintang di malam hari
telah kita bersaksi dua hati mengikat janji

Dan ketika angin meniup kencang
halilintar menyambar terang
hujan badai pun datang menerjang
menghempas kandas biduk cinta terlarang
pada batu-batu keras bercadas berkarang

Sempat kita bahagia meski hanya sesaat saja
usai sudah sepenggal kisah
berlalu dalam hening angin senja
tapi biarkan kisah kita menjadi sepenggal kisah
penuhi warna-warni kehidupan ini

***



Tuesday 22 December 2015

Aku tak mau kalau sampai kau tahu
bila rasa itu masih tersimpan di hatiku
Jangan pula kau baca pada tatap kedua bola mata
jika rasa itu masih bicara bila kita bersua muka

Sungguh aku tak juga ragu ingin kuusir rasa itu
dari sisa-sisa usia hidupku utukku bisa melupamu
Tapi, aku bukanlah pelupa yang bisa begitu saja
melupa semua fakta dan realita yang pernah menyapa kita

Dan bila gundah, resah dan gelisah
datang menyapa dan kian  membuncah
kutahu rasa itu tak pernah punah
dan aku kian lelah pasrah dan berserah

***

Monday 21 December 2015

Mengenangmu
adalah wajah-wajah beku yang
samar-samar terukir di dinding-dinding kamar
di malam-malam sepiku

 Mengingatmu
adalah nyala pelita di kejauhan sana
meski redup nyalamu tapi
di mata ini cahyamu begitu biru 

Melupamu
bagai berjalan di atas bebatuan nan terjal
tapak-tapak kaki kecilku menapak
lalu tersandung, terseok
dan  terjatuhlah aku 

Dan bayang-bayangmu
Seolah tak mau  berlalu dariku


***



Bila kulihat bintang-bintang yang gemerlapan
dan rembulan dalam  wajahnya penuh cerah
hatiku terbayang selalu padamu
duhai dara nan jelita
di kala siang telah kubersua muka
senyummu begitu memikat hati
terbayang selalu dalam ingatanku
mencipta rasa rindu ingin bertemu
siang dan malam terasa sepi
bila tanpamu di sampingku

Di tengah-tengah sepinya malam ini
kubertanya pada diri ini
tentang apa telah terjadi
sebab antara aku dan dirimu
dicipta sebagai sahabat saja
terbentang sudah dinding begitu tinggi
merentang jarak antara kita

Di tengah malam yang begini sepi
kuberjanji pada diri sendiri
begitu pun padamu
dengan disaksikan bintang dan rembulan
di malam ini kuucapkan janji
hanyalah kau sahabatku satu-satunya
tak kan pernah ku ingkari janji

***
Pagi tadi sebenarnya aku merasakan kecewa
Tapi kekecewaanku tadi, tidaklah seperti kecewaku ketika itu
Aku pun berfikir, apakah aku benar-benar kecewa?
Apakah jika aku bilang kecewa, itu berarti aku benar-benar kecewa?
Aku tak tahu…!

Siang tadi sebenarnya aku merasakan marah
Tapi kemarahanku tadi, tidaklah seperti marahku ketika itu
Aku pun befikir, apakah aku benar-benar marah?
Apakah jika aku bilang marah, itu berarti aku benar-benar marah?
Aku tak tahu juga...!

Sore tadi sebenarnya aku merasakan bahagia
Tapi kebahagiaanku tadi, tidaklah seperti bahagiaku ketika itu
Aku pun berfikir, apakah aku benar-benar bahagia?
Apakah jika aku bilang bahagia, itu berarti aku benar-benar bahagia?
Aku juga tak tahu…!

Malam ini sebenarnya aku merasakan cinta
Tapi cintaku malam ini, tidaklah seperti cintaku ketika itu
Aku pun berfikir, apakah aku benar-benar mencintai?
Apakah jika aku bilang cinta, itu berarti aku benar-benar mencintai?
Aku semakin tak tahu…!

 Yang aku tahu hanyalah….
Kecewa, marah, bahagia dan cinta adalah rasa
Dan rasa adalah misteri


***





Lembar komunikasi pelajaran Bahasa Indonesia
SMA Stella Duce 1 Yogyakarta, Jl. Sabirin 1-3 Yogyakarta
disusun oleh Agustinus Suyoto, S.Pd

I. KONSEP DASAR
Untuk mengetahui batasan mengenai puisi baru, ada baiknya kita membandingkannya dengan puisi lama. Jika puisi lama sungguh sangat terikat dengan aturan baku mengenai jumlah suku kata tiap baris, aturan baku tentang persajakan, tentang bentuk, dan tentang isi, puisi barus sebaliknya, keterikatan terhadap bentuk, jumlah suku kata tiap baris, persajakan mulai longgar atau menemukan format baru. Namun sebagaimana puisi, puisi baru masih terikat pada pembaitan, persajakan, dan irama.
Pada dasarnya banyak orang sepakat bahwa puisi (baru) dibangun dari sejumlah unsur pembangun. Ada yang mengatakan bahwa puisi (baru) dibangun dari delapan unsur pembangun yaitu (1) bunyi, (2) diksi, (3) bahasa kiasan, (4) citraan, (5) sarana retorika, (6) bentuk visual, (7)judul, dan (8) makna.
Ada pula yang mengatakan bahwa puisi dibangun dari dua struktur yaitu struktur batin dan struktur lahir. Yang dimaksud struktur batin puisi adalah unsur pembangun puisi yang tidak kelihatan tetapi dapat dirasakan, sedangkan yang dimaksud  struktur lahir adalah unsur pembangun puisi yang jelas-jelas dapat dilihat secara eksplisit dalam puisi tersebut. Struktur batin puisi sering disamakan dengan unsur ekstrinsik puisi, sedangkan struktur lahir puisi sering disamakan dengan unsur intrinsik puisi.
Hampir sama dengan struktur batin dan struktur lahir, ada ahli yang mengatakan bahwa puisi dibangun dari hakikat puisi dan metode puisi. Yang dimaksud hakikat puisi adalah struktur batin, yang terdiri dari empat unsur, yaitu (1) Sense (tema, arti). Sense atau tema adalah pokok persoalan (subyek matter) yang dikemukakan oleh pengarang melalui puisinya. Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik secara langsung maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau mencari-cari, menafsirkan). (2) Feling (rasa).Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya. Setiap penyair mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi suatu persoalan. (3) Tone (nada).Yang dimaksud tone adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif. (4) Intention (tujuan).Intention adalah tujuan penyair dalam menciptakan puisi tersebut. Walaupun kadang-kadang tujuan tersebut tidak disadari, semua orang pasti mempunyai tujuan dalam karyanya. Tujuan atau amanat ini bergantung pada pekerjaan, cita-cita, pandangan hidup, dan keyakinan yang dianut penyair.
Metode puisi terdiri dari lima unsur yaitu (1) Diction (diksi). Diksi adalah pilihan atau pemilihan kata yang biasanya diusahakan oleh penyair dengan secermat mungkin. Penyair mencoba menyeleksi kata-kata baik kata yang bermakna denotatif maupun konotatif sehingga kata-kata yanag dipakainya benar-benar mendukung maksud puisinya. (2) Imageri (imaji, daya bayang). Yang dimaksud imageri adalah kemampuan kata-kata yang dipakai pengarang dalam mengantarkan pembaca untuk terlibat atau mampu merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Maka penyair menggunakan segenap kemampuan imajinasinya, kemampuan melihat dan merasakannya dalam membuat puisi. (3). The concrete word (kata-kata kongkret). Yang dimaksud the concrete word adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama tetapi secara konotatif mempunyai arti yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaiannya. Slametmulyana menyebutnya sebagai kata berjiwa, yaitu kata-kata yang telah dipergunakan oleh penyair, yang artinya tidak sama dengan kamus. (4). Figurative language (gaya bahasa). Adalah cara yang dipergunakan oleh penyair untuk membangkitkan dan menciptakan imaji dengan menggunakan gaya bahasa, perbandingan, kiasan, pelambangan dan sebagainya. (5) Rhythm dan rima (irama dan sajak). Irama ialah pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembutnya ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Rima adalah persamaam bunyi dalam puisi. Dalam rima dikenal perulangan bunyi yang cerah, ringan, yang mampu menciptakan suasana kegembiraan serta kesenangan. Bunyi semacam ini disebut euphony. Sebaliknya, ada pula bunyi-bunyi yang berat, menekan, yang membawa suasana  kesedihan. Bunyi semacam ini disebut cacophony.

II. JENIS-JENIS PUISI BARU
Ada beberapa dasar dalam penggolongan puisi baru.
Berdasarkan jumlah baris tiap bait, puisi baru dibagi sebagai berikut :
1. Distichon (distikon). Distikon adalah puisi baru yang masing-masing bait terdiri dari dua baris, persajakannya biasanya aa atau ab.
2. Terzina (tersina). Terzina adalah puisi baru yang masing-masing bait terdiri dari tiga baris, persajakannya biasanya adalah aaa, aba, abb, atau abc.
3. Quatrain (Kuatrin). Kuatrin adalah puisi baru yang masing-masing bait terdiri dari empat baris, persajakannya biasanya abab, abba, aabb, abcd.
4. Quin (Kuin). Kuin adalah puisi baru yang masing-masing bait terdiri dari lima baris, variasi persajakannya adalah aabbc, aaabb, ababa, abbba.
5. Sexted (Double terzina). Sexted adalah puisi baru yang masing-masing bait terdiri dari enam baris.
6. Septime. Septime adalah puisi baru yang masing-masing bait terdiri dari tujuh baris.
7. Stansa/Oktaaf. Stansa atau oktaaf adalah puisi baru yang masing-masing bait terdiri dari delapan baris.
8. Soneta. Soneta dalah puisi baru (hasil pengaruh sastra Italia) yang terdiri dari 14 baris, yang terbagi menjadi empat atau lima bait. Pembagiannya bisa 2 kuatrin, 2 terzina atau 2 kuatrin 3 distikon, dst.
9. Puisi bebas. Puisi bebas adalah puisi baru yang jumlah baris tiap baitnya tidak beraturan atau tidak sama antara bait satu dengan bait lainnya.

Berdasarkan isinya, puisi baru dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yaitu
1. Puisi liris, yaitu puisi yang bersifat cetusan hati atau ungkapan perasaan
    Ada beberapa jenis puisi liris, yaitu
  1. Aubade, yaitu puisi (nyanyian) percintaan yang biasa dinyanyikan pada waktu pagi.
  2. Ode, yaitu puisi pujian terhadap seseorang atau suatu hal atau keadaan.
  3. Serenade, yaitu puisi (nyanyian) percintaan yang biasa dinyanyikan pada waktu senja.
2. Puisi naratif, yaitu puisi yang bersifat menjelaskan atau menceritakan sesuatu
    Ada beberapa jenis puisi naratif, yaitu
  1. Epic, yaitu puisi yang bersifat menceritakan atau menjelaskan
  2. Romance, yaitu puisi mengenai percintaan yang romantic dan penuh luapan perasaan
  3. Balada, puisi tentang kepahlawanan seseorang
3. Puisi dramatic, yaitu puisi yang bersifat percakapan atau dialog.
     Ada beberapa jenis puisi dramatic, yaitu
  1. Tragedi, yaitu puisi romatik yang menyedihkan.
  2. Komedi, yaitu puisi dramatic yang menggelikan
  3. Tragikomedi, yaitu puisi dramatic campuran antara kesedihan, kegembiraan, dan kehancuran.

III. SHARING PENGALAMAN PENCIPTAAN PUISI BARU
Ada sejumlah orang yang mengatakan bahwa seorang penyair itu dilahirkan. Artinya, kemampuan menciptakan puisi merupakan 100% bakat alam, talenta sejak lahir. Pendapat itu mungkin ada benarnya, tetapi hanya berlaku untuk sebagian sangat kecil pencipta puisi, sebagian besar lainnya adalah hasil olah diri dan latihan terus-menerus. Berdasarkan keyakinan bahwa kemampuan menulis puisi dapat dipelajari atau diasah dalam proses pembelajaran, kita akan bersama-sama mencoba menemukan simpul-simpul penentu kualitas puisi.
Yang pertama-tama perlu kita cermati adalah dalam menciptakan sebuah puisi (berkualitas) ada beberapa kecenderungan sebagai berikut
1.      Puisi yang berkualitas pada dasarnya adalah puisi yang mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung atau samar-samar. Pembaca diberi kesempatan untuk menafsirkan sendiri maksud/isi puisi tersebut.
2.      Puisi yang berkualitas biasanya menggunakan kata-kata yang padat, tepat, dan bermakna. Jumlah kata yang dipakai dalam puisi lebih sedikit bila dibandingkan dengan maksud pengarang. Kata-kata yang dipakai terkesan sebagai “kata pilihan” bukan asal-asalan.
3.      Puisi yang berkualitas biasanya bermakna ganda. Secara sengaja penyair membuat “jebakan” atau peluang agar puisinya bisa dimaknai lebih dari satu makna.
4.      Puisi berkualitas biasanya memuat sejumlah gaya bahasa. Yang umum dipakai adalah metaphor-metafor atau perbandingan-perbandingan tak langsung.
5.      Tiprografi atau bentuk persajakan dan pembaitan dalam puisi berkualitas biasanya tidak monoton.
Berdasarkan pandangan tersebut, berikut ini akan dipaparkan sejumlah teknik untuk penciptaan hal-hal tersebut.

Menciptakan makna taklangsung
Contoh :

MATA YANG HILANG


Seharian kucari mataku,
di rak tempat biasa kuistirahatkan mataku,
tak ada di sana,
lalu di mana
mungkin tertinggal di warung Bi Ijah,
tempat biasa aku makan siang,
tak ada juga di sana,
atau mungkin tertinggal
di kost pacarku?
nggak mungkin, untuk yang satu ini
aku selalu rapi

hampir semua sudah kutanya,
jawabnya sama saja—tidak tahu—
iseng-iseng kubuka buku antropologiku
ah, ternyata mataku terselip di halaman
seribu sembilan ratus enam puluh enam
9 Maret 2003

 

 

HARI GURU


Ketika dalam upacara bendera
anak-anak menyanyikan lagu
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
tiba-tiba perutku mulas
ingin ke kamar kecil
25 November 2002


Menciptakan persajakan kreatif
Contoh :

SEPATU DALAM OTAK ANAK-ANAKKU


sepatu itu selalu ada di kaki,
kata anak-anakku,
dan dibuang ketika usang,
ganti yang baru.

Suatu kali sepatu-sepatu itu
berbaris di pembuluh-pembuluh darah
kepala anak-anakku
seperti derap langkah pasukan
menuju medan perang
dengan senjata lengkap

Sebuah sepatu yang jantungnya robek berteriak
     “Mana guru yang mengajarkan
                         kebebasan berpikir itu?”
Sepatu lain yang alasanya dimakan rayap
membentak
            “ Mana guru yang mengajarkan
                        kreativitas itu?”
Sepatu kecil tetapi mulutnya lebar,
tak mau ketinggalan,
            “Mana guru yang mengajarkan
                                    puisi dan sastra itu?”
Sepasang sepatu yang sedang bercumbu
di pojok pembuluh darah otak kecil berbisik
            “Itu, dia sedang bercumbu dengan sepatunya!”

Menciptakan metafor-metafor segar
Contoh :

KUTITIP KEPEDIHANKU  PADA ANGIN


Kawanku, anak-anak bajang yang sedang sibuk menggiring angin
Aku titip catatan kepedihanku
Untuk kausampaikan pada Romo Sindhu, orangtua imajinatifmu
Catatan kepedihan yang kutangkap dari layang-layang
Di atas water castle sebelah rumahku

Pada layang-layang pertama
Anak didikku si Anna (yang Katolik itu),
Barusan dikeluarkan dari sekolah lantaran kena narkoba,
Lalu, ketika ibunya dikabari (ibunya Katolik juga),

Anakku itu justru dilempar ke rumah neneknya, di belantara Sumatra

Kawanku, anak-anak bajang yang sedang sibuk menggiring angin
Tolong katakan padaku besok pagi ketika kita bertemu lagi
Aku harus bagaimana?

Pada layang-layang kedua,
Sebenarnya aku enggan bercerita,

Malam-malam aku ketemu tetanggaku sekampung

Maria Magdalena namanya (Katolik juga),
Sedang pake rok ketat, dandan norak, di ALKID
Iseng-iseng cari mangsa bapak-bapak berdasi (jangan-jangan juga yang Katolik),
Kawanku, anak-anak bajang yang sedang sibuk menggiring angin
Tolong katakan padaku besok pagi ketika kita bertemu lagi
Aku harus bagaimana?

Pada layang-layang ketiga,
Aku rasanya jadi setengah gila,
Banyak sekali catatannya, mulai dari orang-orang Ambon (yang Katolik juga),
Yang bercerita berapa mayat telah dia kuburkan,
Mulai dari orang-orang Sampit (yang Katolik juga)
Yang bercerita berapa bayi telah kehilangan kepala,
Para pengacara (yang Katolik juga),
Yang dengan gagah membela orang-orang kalap.
Matius, Markus, Stepanus, Christoporus, dan nama-nama katolik lainnya,
Yang terlibat peredaran narkotika.
Kawanku, anak-anak bajang yang sedang sibuk menggiring angin
Tolong katakan padaku besok pagi ketika kita bertemu
Aku harus bagaimana?

Ini titipanku yang terakhir,
Sekaligus pertanyaanku untuk bapak imajinatifmu,
Sebenarnya angin ini mau kalian giring ke mana,
Aku mulai khawatir, bocah-bocah bajang, jangan-jangan angin ini menjadi badai
Dan menghancurkan rumahku
Yang masih reyot menopang kedua anakku yang masih kecil-kecil
Tolong, aku minta bantuan titip pesanku pada Romo Sindhu,
Adik terkecil bocah-bocah bajang segera dilahirkan
Agar rumahku tidak banjir darah lagi

Kawanku, bocah-bocah bajang yang sedang menggiring angin
Terima kasih, saya mau menyelesaikan tegukan terakhir
Dari botol topi miring campur vodka ini
Biar bisa ketemu anak-anakku sendiri
Yang kemarin pagi mati over dosis!!

Tamansari suatu senja di awal Mei 2001



Mempermainkan  imajinasi pembaca dan “ending” puisi

Contoh :

KETIKA KANCING BAJU BAGIAN ATAS LEPAS


seorang siswi terjaring tim kedisiplinan
gara-gara kancing baju paling atas lepas,
dia harus berhadapan dengan guru BK,
yang cantik namun punya keahlian menyelidik

“jadi kamu lupa mengancingkannya?”
--- ya, bu, habis buru-buru sih, takut telat!---

“jadi, kamu sering telat?”
---- ya, sering bu, maklum rumah jauh pake bis!---

“sudah berapa kali kamu telat?”
--- lupa, bu, tuh ada di buku catatan pribadi!---

guru BK itu melirik, sedikit menyelidik,
dimainkannya bolpoint di tangan,
diputar-putar sebentar, lalu matanya menghunjam,
“sama siapa saja kamu telat!”
“terus kalau telat kamu kasih obat apa!”
--- kadang-kadang sama teman, kakak juga pernah…..
      ya, cuma berusaha bangun pagi-pagi, Bu!---

“jadi belum pernah diperiksakan ke dokter?”
---buat apa Bu, paling-paling dokter bilang aku anemia,
    lalu disuruh banyak istirahat, makan yang banyak,
    dan dia nulis resep, paling-paling vitamin C dosis tinggi,
   kalau nggak ya cuma B komplek.—

guru itu dengan lekuk kecil di pipi kirinya, diam sesaat.
Janggutnya manggut-manggut
“ anak ini masih sangat polos!” katanya dalam hati.
“ Ya, sudah, kembali ke kelas, lain kali jangan diulangi!”
--- jadi saya tidak diskors, Bu?---

Gadis itu berlari-lari kecil keluar dari ruang BK,
buru-buru ia berlari masuk ke kelas,
maklum yang ngajar adalah guru idolanya, masih muda lagi,
sambil senyum-senyum dia lepaskan dua kancing bajunya,
dan sedikit memelorotkan kaos dalamnya!
Awal April 2004
Menangkap peristiwa “sepele” di sekitar kita
Contoh :

SEHABIS TERTANGKAP MAIN SMS


Bosen.gurunya killer banget. Lu lagi ngapain?
Buru-buru kubuka phonebook, pencet satriyo,
sent. HP masuk laci lagi.

papan tulis masih berisi sederetan
rumus-rumus yang terlalu angkuh untuk kumengerti.
guruku terlalu sibuk memamerkan keahliannya
menggarap soal yang dibuatnya sendiri.
Mataku lolos dari cengkeraman monster itu.
Mampir ke HP. Ada balesan.

lagi main PS. seru nih, sudah level tujuh belas.
mending lu kabur aja!

Memangnya kamu nggak masuk?
Buka phonebook, pencet satriyo, sent.

Kuangkat kepala. Kaget. Sang guru killer sudah
Tepat di depanku. Hpku pindah tangan
“Pulang sekolah ketemu saya!”

Dua minggu kemudian, ada SMS masuk,
“Kamu ada acara tidak nanti sore?”

Nggak pak. Mau ngajak jalan ke mana lagi?
Buka phonebook, pencet pak johan,
Sent.

Awal April 2004


IV. PROYEK PENCIPTAAN PUISI
Kemampuan menulis puisi tidak dapat diperoleh hanya dengan sekali menulis puisi kemudian dinilai oleh guru. Oleh sebab itu, proses penilaian KD Menulis Puisi baru direncanakan sebagai berikut :
  1. Selama kurang lebih 12 kali setiap ada jam pelajaran Bahasa Indonesia, siswi diberi kesempatan untuk mengumpulkan 2 (dua) judul puisi bebas. Jadi total kesempatan mengumpulkan puisi adalah 24 judul puisi.
Catatan : kewajibannya adalah menciptakan 7 puisi, kalau menginginkan hasil terbaik boleh terus berkarya sehingga diperoleh 7 puisi terbaik dari seluruh puisi ciptaannya, jika cukup puas dengan KKM tidak perlu mencipta puisi lagi, cukup 7 puisi.
  1. Puisi-puisi tersebut (setiap kali dikumpulkan) akan secepatnya dinilai dan dikembalikan para para siswi. Penilaiannya adalah A+ (10), A(9,5), A-(9), B+ (8,5), B(8), B-(7,5), C+ (7), C(6,5), dan C-(6).
  2. Siswi menyimpan sendiri puisi-puisi yang telah dinilai.
  3. Pada akhir program (Akhir Oktober 2012) siswi mengumpulkan kembali 7 (tujuh) puisi terbaiknya untuk dihitung nilai akhir dari KD Menulis Puisi. Misalnya 7 puisi terbaiknya adalah 3 puisi A-, 1 puisi A+, 3 puisi B. Siswi tersebut akan memperoleh nilai akhir = (3*9)+(1*10)+(3*8)/7 = 61/7= 87.
  4. Untuk program pengembangan, setelah tujuh puisi dinilai, akan dibentuk kelompok dengan anggota 6-7 orang dan akan mengemas puisi-puisi terbaik menjadi sebuah buku kumpulan puisi dengan program office publisher.


Daftar Pustaka
Hartoko, Dick. dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta : Kanisius.
Ismail. Taufiq. 2001. Modul Pegangan Peserta : Penulisan Puisi. Jakarta : Dikdasmen.
Situmorang, B.P. 1981. Puisi : Teori Apresiasi Bentuk dan Struktur. Ende-Flores : Nusa Indah.
Subalidinata, R.S. 1973. Sari Kesusasteraan Indonesia Jilid 1 untuk Sekolah Lanjutan. Yogyakarta : U.P. Spring.
Tirtawirya, Putu Arya. 1978. Apresiasi Puisi dan Prosa. Ende-Flores : Nusa Indah.