Friday, 28 October 2011

 Di langit mendung masih tampak bergelayut. Mentari seperti enggan memancarkan sinarnya. Titik-titik embun terlihat di atas dedaunan. Seperti butir-butir pasir putih. Sesekali jatuh ke tanah dan hilang. Perlahan suara musik mulai terdengar mengalun dari halaman tengah sekolah ini. Beberapa orang mulai sibuk dengan aktivitasnya. Sibuk dengan tugas masing-masing. Sudah menjadi tradisi di sekolahku. Setiap kali menjelang acara tutup tahun, selalu didahului dengan pentas seni yang biasa disebutnya dengan PENSI. Kegiatan ini dilakukan hampir selama satu minggu.

Hari ini adalah hari ketiga dari rangkaian kegiatan yang dilakukan selama tujuh hari.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, dalam acara yang demikian aku tidak mempunyai banyak andil. Karena memang aku tak pernah mendapatkan kesempatan untuk terlibat di dalamnya. Itu tak jadi soal bagiku. Sebab pada dasarnya aku adalah orang yang paling tidak bisa menikmati acara-acara yang bersifat ceremonial dan terkesan berhura-hura. Aku tak bisa larut di dalam hingar-bingar acara yang begitu. Aku lebih memilih sibuk dengan diriku sendiri, dengan seabrek pekerjaan pribadiku yang memang masih menumpuk. Di ruang kerja yang kali ini tidak dipenuhi orang-orang aku asyik dengan sebuah komputer, membuka-buka situs wibe siteku.

Di tempat yang agak jauh dari posisi dudukku. Di sudut ruangan ini. Kulihat seorang teman yang juga sedang duduk sendiri di meja kerjanya. Ia tampak asyik dengan sebuah handphone di tangan. Jari-jemarinya nampak lincah menari-nari di atas huruf dan angka dan tanda baca pada panel handphone itu. Mungkin sedang bermain game atau chating aku tak tahu pasti. Sesekali kudengar dia berbicara dan tertawa juga tersenyum ringan. Pasti dia sedang terima telepon, pikirku. Sudah satu jam lebih dia duduk di situ. Itu berarti, sudah lebih satu jam juga aku diam-diam memperhatikannya. Seperti tak ada sedikitpun aktivitasnya yang luput dari perhatianku.

***
Aku mengenalnya dua belas tahun yang lalu. Ia telah lebih dulu bekerja di sini. Pertama kali melihatnya ia adalah wanita yang menurutku biasa-biasa saja. Penampilannya sederhana dan apa adanya. Wajahnya bulat dan lebar dengan sebuah kaca mata menutup kedua bola matanya. Bibirnya yang tipis dibiarkan apa adanya tanpa berlipstik. Wajahnya pun dibiarkan begitu saja tanpa dipoles bedak sedikit pun. Rambutnya pun dibiarkan alami. Panjang dan berombak condong ke ikal. Tapi itu penampilan dia yang dulu. Sekali lagi, itu penampilannya yang dulu, dua belas tahun yang lalu.

Sebuah setelan blazer berwarna hijau kebiruan ia kenakan pagi ini. Sebuah pilihan warna yang menurutku sangat serasi sekali dengan warna kulitnya yang kuning sawo matang. Begitu orang Jawa bilang. Dengan corak pakaian seperti itu, penampilannya terlihat begitu rapi dan perfec sekali. Seperti layaknya pegawai kantoran saja. Belakangan memang kulihat ia lebih sering mengenakan jenis pakaian demikian. Ketika lain kulihat dia mengenakan blazer dengan pilihan warna cokelat muda maupun cokelat tua. Menurutku corak-corak warna itu memang pas untuk dia pilih. Ditopang dengan ukuran yang pas melekat di badan, nyatanya setelan blazer itu benar-benar membuat penampilannya begitu sempurna. Wajar saja bila kemudian di lingkungan kerjaku terutama di kalangan anak-anak didikku menyebutnya sebagai sosok yang berpenampilan paling rapi. Itu sering tanpa sengaja aku dengar jadi perbincangan di kalangan anak didikku.

Selai rapi, ia juga dikenal pintar. Aku harus akui itu. Di lingkungan kerjaku ialah satu-satunya yang mendapat predikat the best teacher atau guru teladan. Sebuah predikat yang diberikan oleh lembaga di mana ia bekerja. Predikat yang hanya akan melekat pada orang-orang yang memang memiliki kemampuan intelektual yang lebih seperti dia tentunya. Entah sudah berapa jam aku duduk dan mencuri-curi memandangnya. Aku tak tahu lagi. Yang aku tahu hanyalah sosok di depan mataku itu memang benar-benar sosok yang sempurna. Aku harus akui itu. Nyatanya, di usianya yang kian berumur justru di mataku ia terlihat semakin cantik dan tampak kian muda. Suatu keadaan yang berbanding terbalik dengan bertambahnya usia bukan?

Siang merangkak perlahan. Matahari tak lagi terik. Perlahan deru pesta menghilang. Orang-orang satu-satu berjalan pulang. Kutersentak dari lamunan. Kumatikan PC di depanku yang sedari tadi kubiarkan saja menyala. Kuambil tas kerjaku dan kuberjalan pulang. Kini dia seorang diri di dalam ruangan. Di halaman kantor depan, kulihat sebuah mobil Kijang Inova biru seri terbaru. Di dalamnya laki-laki setengah usia. Wajahnya tampan dan perkasa. Dialah Rama kekasih hati Dewi Shinta bisikku dalam hati.
---&&&---




Friday, 14 October 2011

Pagi ini dia berjalan masuk ke dalam kantor dengan langkah seperti diburu. Langkahnya cepat. Wajahnya tertunduk. Kedua bola matanya memancarkan sinar kekesalan. Pemandangan yang begini sudah sering sekali aku lihat sebelumnya. Tapi pagi ini, pemandangan itu sungguh luar biasa. Pasti dia sedang marah besar, atau apakah perang besar itu terjadi lagi? tanyaku dalam hati. Ke arah dapur dia berjalan. Diambilnya secangkir kopi yang sudah mulai dingin itu. Di bangku kecil di tepi dapur dia duduk. Sambil menopang dagu dengan tangan sebelah kiri, dia menarik nafas panjang. Sesekali diteguknya kopi itu. Matanya menatap jauh ke depan. Seperti menembus di kejauhan. Semilir angin bertiup dari celah-celah jendela. Perlahan sinar keteduhan mulai terpancar dari raut wajahnya. Rasa amarah tampaknya perlahan mulai menghilang.
"Hiiiihhhhhhhhhhhh...!" Suara itu muncul dari mulutnya. Tampak deretan gigi yang berjajar manis di sisi atas dan bawah itu saling bertemu seperti terkatup kuat-kuat. Sementara tangannya terkepal seperti hendak meninju. Tak ada yang dia tinju. Hanya angin kosong di depan muka yang ia tinju. Dia memang begitu. Ekspresi itu sering ia lakukan. Terlebih jika sedang bermasalah besar. Tapi jangan salah, bila ia berekspresi begitu, itu artinya emosi dan kemarahan telah sepenuhnya dalam kendalinya. Bila sudah demikian, aku biasa mulai mendekatnya, sekedar tahu apa yang terjadi. Sok pura-pura ingin tahu, begitu tepatnya.
"Ada apa.., kok sewot banget?" tanyaku seperti mau menyelidik.
"Tahu enggak, sebel banget gua tuh sama si BB-nya." dia mulai buka suara.
"Lha,.. Emang kenapa lagi?"
"Gak tau tuh, maunya apa tuh orang. Masak ngomong kok mencla-mencle. Esok dele sore tempe. Kemarin bilang apa-sekarang ngomong apa. Mau nyari senengnya sendiri kali. Masa jadual sudah jadi dan disepakati bareng masih saja mau diunggreh-unggreh sesuka dia. Dia pikir apaan kita? Dia gak punya tanggungan, lha kita?" sejenak dia terdiam, ditariknya nafas perlahan.
"Pasti trus perang mulut ya?"
"Pastilah."
"Tapi, pasti kamu yang menang khan?"
"Ya, iyalah."
Meski tak jelas dia bercerita tentang duduk persoalannya, tapi buatku itu cukup jelas. Bahkan sangat jelas. Benar juga dugaanku. Dia baru saja berselisih faham dengan si big bos. Pasti seputar acara yang akan kami lakukan kali ini. Ada perbedaan jadual pulang antara dia dan bos rupanya. Aku tak mau terlalu jauh masuk ke urusan itu. Yang aku tahu, dalam persilangan pendapat itu dia tampil sebagai pemenang.
Di mataku dia adalah seorang teman yang secara fisik termasuk beruntung. Tubuhnya tidak kurus dan juga tidak gemuk. Tidak tinggi tapi tidak juga pendek. Posturnya sedang. Sebuah postur yang ideal untuk ukuran tubuh wanita timur. Itulah kelebihan yang aku lihat pada dirinya. Wajahnya cantik, bulat telor dengan kulit kuning langsat. Tampak serasi sekali dengan dandanan rambut yang hitam panjang berombak itu. Penampilannya sederhana tapi bersahaja. Dia ramah, luwes dan supel dalam bergaul. Banyak teman yang merasa senang berteman dengannya.

Tapi siapa sangka, di balik penampilannya yang begitu lembut dan sederhana itu, tersimpan sebuah kemauan yang kuat. Kuat dalam berprinsip dan berpendirian. Lebih-lebih jika ia punya keyakinan akan sesuatu yang menurutnya adalah benar. Ia gigih dalam memegang kebenaran. Tak pantang menyerah demi memperjuangkan yang benar itu. Maka, tak jarang konflik kecil sampai ke yang besar sering terjadi antara dia dengan pihak lain yang berseberangan. Tentang resiko, atau akibat dari keberaniannya bersikap sepertinya tak ia hiraukan, tak diambilnya pusing.
Kali ini dia berjalan pelan, tampak di bibir tersungging senyum yang begitu manis. Membuat wajahnya semakin begitu manis. Dia tersenyum ceria, terpancar sinar kemenangan dari kedua bola matanya. Kucegat dia. Kujabat tangannya. Kemudian kuacungkan kedua jempol tanganku. "Kau hebat...!" Diam-diam aku mengaguminya.


---&&&---


 

Wednesday, 12 October 2011

Belajar dari kegagalan dalam event PENABUR 6 CUP baru-baru ini, Tim Futsaal Tarki mulai melakukan pembenahan diri. Sebagai langkah awal, dua hari belakangan ini Tim Futsaal Tarki menggelar latihan sparingg dengan tim SMA Tarki.

Berlatih bersama Tim SMA
Tim Putri Tarki
Pada kegiatan sparing pertama  Selasa 11 Oktober, Tim Putra SMP Tarki berlatih tanding dengan Tim Putra SMA selama 2 kali 15 menit dengan hasil akhir 1-5 untuk kemenangan Tim SMA. Berhadapan dengan personal pemain Tim SMA yang mayoritas memiliki kemampuan bermain individual yang lebih baik dan kondisi fisik pemain yang lebih besar, Tim Putra SMP Tarki dibuat kelabakan dan tampak menguras tenaga hampir di seluruh waktu bertanding. Hampir dalam seluruh waktu bertanding penguasaan bola didominasi oleh Tim dari SMA. Hanya beberapa kali Tim Putra SMP memperoleh peluang mencetak gol. 

Nasib serupa sama dengan yang terjadi pada Tim Putri Tarki. Pada pertandingan pertama kemarin juga dibuat kerepotan oleh Tim Putri SMA dengan hasil akhir 1-3 untuk keunggulan Tim SMA. Tampaknya predikat juara 1 tidak menjadi jaminan untuk memberikan perlawanan yang berarti pada Tim Putri SMA. Kendala utama tentu perbedaan fisik yang terpaut jauh antara tim SMP dengan tim SMA.

Di sisi lain, bagi Tim SMA, latihan sparing ini merupakan langkah awal untuk persiapan mengikuti kegiatan-kegiatan CUP tingkat SMA. Sejauh ini TIM SMA terbentuk dengan sendirinya oleh mereka yang rata-rata selagi di SMP bergabung dengan ekstrakurikuler futsaal. Sementara ini di SMA belum ada wadah untuk ekstrakurikuler futsaal ini. Dengan berlatih bersama TIM SMP mereka berharap lebih beroleh kesiapan nantinya.

Menurut Ruland K, pelatih Tim TARKI, latihan sparing ini diharapkan dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi pemain khususnya dalan ketahanan fisik dan kesiapan mental. Sebab, masih menurut pelatih, hambatan utama yang dihadapi Tim saat ini adalah ketidaksiapan secara fisik maupun mental pemain. Ketidakseimbangan antara waktu latihan dan jumlah peserta membuat pembinaan yang dilakukan selama ini kurang maksimal, tuturnya.
Secara umum latihan sparing hari pertama kemarin berjalan lancar sesuai dengan rencana. Sesuai rencana, Rabu 11 Oktober sore nanti akan dilangsungkan latihan sparing hari kedua. Akan kembali berhadapan Tim Putra-Putri SMP dengan Tim Putra-Putri SMA. Semoga dalam latihan sparing kedua ini semakin memberikan banyak manfaat. Semoga...!

***


Monday, 10 October 2011

Bassia Putri
Lahir di Jakarta 13 tahun yang lalu, gadis yang satu ini memiliki kegemaran yang jarang sekali melekat pada teman-teman seusianya. Dia memiliki kegemaran yang mayoritas menjadi kegemaran kalangan anak laki-laki. Bagaimana tidak? Hobi yang ditekuninya adalah bidang olah raga futsaal. Kemampuan bermain futsaal mulai terlihat sejak pertama kali bergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler futsaal tahun lalu, ketika ia masih duduk di kelas 7.

Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengukir prestasi pertamanya di bidang futsaal ketika memperkuat Tim Putri Tarki pada Tarki Cup tahun 2010. Ketika itu ia berhasil menghantarkan timnya meraih juara ke-2 setelah menyisihkan tim-tim putri dari sekolah lain. Berbekal fisik yang sangat atletis dengan kekhasan tendangan keras dari jarak jauhnya, gadis yang memiliki nama lengkap Bassia Putri ini telah sering  merobek gawang lawan setiap kali turun bertanding.Hampir dalam setiap kali dilakukan tanding persahabatan dengan tim-tim dari sekolah lain Bassia selalu menjadi penentu kemenangan timnya.

Beruntung, pada awal tahun pembelajaran 2011-2012 ini kembali Bassia bergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler futsal. Dengan demikian ia masih tetap menjadi motivator bagi teman-temannya yang lainnya. Dalam ajang Penabur 6 Cup tahun ini kembali Bassia Putri menghantarkan Tim Tarki meraih juara ke-1 Futsal Putri setelah menaklukan Tim tuan rumah dengan kemenangan 3-2. Selain menghantarkan Tim Putri Tarki meraih juara ke-1, Bassia Putri juga menyandang sebutan sebagai Top Score Putri, sebagai pencetak gol terbanyak. Dalam ajang Penabur 6 Cup ini, Bassia Putri berhasil mencetak gol sebanyak 11 kali.

Selain aktif dalam kegiatan eksrakurikuler futsaal, di lingkungan sekolah Bassia juga terlibat aktif dalam kepengurusan OSIS sebagai seksi olah raga. Semoga prestasinya di dalam bidang keolahragaan ini juga diimbangi dengan prestasinya di bidang akademis. Profeciat...!

***

Saturday, 8 October 2011

Penerimaan piala kejuaraan dan uang pembinaan

Tim Futsaal Putri SMP Tarki akhirnya menggondol piala juara 1 dan uang pembinaan setelah mengungguli Tim Putri tuan rumah dalam ajang PENABUR 6 CUP tahun 2011 dengan skor 3–2 melalui perpanjangan waktu 2 kali 5 menit.

Pada menit awal babak pertama dimulai Tim Putri Tarki berhasil menyarangkan satu gol di gawang lawan melalui tendangan jarak jauh Bassia Putri yang juga menjadi kapten tim. Kedudukan 1–0 tidak bertahan lama, pada menit ketujuh Tim Putri tuan rumah P6A berhasil menyamakan skor menjadi 1–1. Kemudian pada menit-menit terakhir babak pertama kembali bola merobek ke gawang Tim Putri Tarki maka skor sementara 1–2 untuk keunggulan Tim tuan rumah. Skor 1–2 bertahan sampai turun minum babak pertama.

Foto bersama pelatih
Tertinggal satu gol, tidak membuat Tim Putri Tarki patah semangat. Pada babak kedua Tim Putri Tarki meningkatkan ritme permainan. Serangan bertubi-tubi dari berbagai lini dilancarkan ke sektor pertahanan lawa. Pada babak kedua ini terlihat Tim Tarki menguasai jalannya permainan. Beberapa peluang mencetak gol tercipta melalui tendangan sudut. Hingga pada menit kedua belas babak kedua, memanfaatkan tendangan dari sudut kanan gawang tim tuan rumah kembali Bassia menyamakan skor menjadi  1 –2. Kedudukan 2–2 bertahan sampai peluit babak kedua berakhir.

Dengan skor imbang 2–2 maka pertandingan dilanjutkan dengan perpanjangan waktu 2 kali 5 menit. Sampai  5 menit pertama perpanjangan waktu kedudukan masih berimbang. Gol penentu kemenangan Tim Tarki dicetak oleh Bassia sang kapten setelah memanfaatkan tendangan sudut pada 5 menit kedua perpanjangan waktu. Selain membawa Timnya meraih juara satu, gol ini juga menghantarkan dirinya sebagai pencetak gol terbanyak di ajang PENABUR 6 CUP ini. Sebagai pencetak gol terbanyak, Basia mendapatkan piala, piagam dan sejumlah uang pembinaan.

Nasib baik tampaknya tidak berpihak pada Tim Putra Tarki. Dalam ajang Penabur 6 Cup kali ini Tim Putra Tarki harus puas menempatkan diri di posisi keempat besar. Sebelumnya dalam babak semifinal Tim Putra Tarki berhadapan dengan Tim 21B dan harus mengakui ketangguhan lawan dengan skor akhir 1–8  untuk kemenangan Tim 21B. Kemudian dalam babak final untuk perebutan juara ketiga pun Tim Putra Tarki dijamu oleh Tim tuan rumah P6A dengan skor 2–5 untuk kemenangan tim tuan rumah sekaligus menempatkan tim tuan rumah sebagai juara ke-3.  Di posisi juara ke-1 ditempati tim 21B kemudian untuk juara ke-2 tim 261A setelah dalam pertandingan perebutan juara 1 Tim 21B memenangi pertandingan atas tim 261A.

Ketidakberhasilan Tim Putra Tarki kali ini, menurut pelatih lebih disebabkan karena keterbatasan pemain pengganti. Lebih-lebih setelah salah satu kipper tidak dapat turun bermain dalam putaran semifinal dan putaran final karena mengalami cidera lutut pada putaran sebelumnya.

***