Namanya Grace Kurniawan, biasa dipanggil Grace. Anak
kedua dari pasangan Andry Kurniawan dan Tjong Tjian yang terlahir melalui bedah
caesar di Jakarta pada 7 Februari 2001 ini mempunyai seorang kakak perempuan bernama Cindy Kurniawan.
Sejak kecil, Grace
memiliki kebiasaan mengikut ayahnya mengantar
kakaknya ke sekolah. Meski belum
bersekolah ketika itu, ia juga menggunakan tas ransel kecil di
punggungnya. Baginya sekolah merupakan tempat yang menyenangkan. Sembari menunggu sang kakak, Grace selalu bermain perosotan di taman sekolah. Memasuki usia 2,5 tahun, Grace sudah mulai belajar
menulis. Pada
saat usia genap 3 tahun, Grace didaftarkan di playgroup
Meteor Kids. Saat berumur 4 tahun, ia pun mengikuti kursus matematika. Selanjutnya, ia mengikuti perlombaan yang diadakan oleh i-maths. Gurunya sempat bingung, karena
perlombaan itu diikuti oleh anak yang sudah senior dan sudah terlatih,
sedangkan ia baru mengikuti kursus itu sekitar dua bulan. Namun demikian, Grace tetap bersikeras untuk mengikuti lomba itu.
Akhirnya, ia mengikuti lomba itu dan mendapat juara pertama. Semenjak itu, ia sering
ikut pertandingan matematika yang regional maupun internasional.
Keberhasilan yang diperolehnya tentu bukan sesuatu
yang diraihnya dengan mudah. Untuk bisa menang ,ia
harus banyak berlatih mengerjakan dan memecahkan soal-soal matematika. Hal itu tentu membutuhkan
banyak waktu. Untuk itu ia harus pintar membagi waktu antara lomba dan sekolah. Syukurlah
berkat kerja kerasnya ia selalu mendapat peringkat 1 setiap semester dari TK sampai sekarang.
Sejak tahun 2005 hingga sekarang, ia sudah mengikuti 101 kompetisi
dan mendapat 98 penghargaan. Berikut
ini beberapa penghargaan bergengsi dari seabrek penghargaan yang telah diperolehnya
:
2011 SASMO
(Singapore and ASEAN Schools Math
Olympiad) Grade 4 Gold
2012 ICAS
(International Competition and
Assessments for School) Silver
IMSO (International Mathematic and Science
Olympiad) di India Silver
ASMOPS
(Asian
Science and Mathematics Olympiad for Primary Schools) Gold
2013 Raffles
Institution Primary Mathematics World Contest di Singapura Peringkat
4
APMOPS (Asia-Pacific Mathematical Olympiad for Primary Schools) Silver
SASMO (Singapore and ASEAN Schools Math Olympiad) Grade 7 Gold
OSTARNAS
bidang Matematika (Olimpiade Sains Tarakanita
Nasional) Peringkat 1
2014 OSN
(Olimpiade Sains Nasional) tingkat
SMP Bronze
SMO
(Singapore Mathematic Olympiad) Junior
Section di NUS, Singapura Gold
2015 OSTARNAS
bidang Fisika (Olimpiade Sains
Tarakanita Nasional) Peringkat 3
Meski segudang prestasi telah berhasil diukirnya,
bukan berarti Grace tidak pernah merasa gagal. Kegagalan
juga pernah dialaminya, yakni pada tahun 2011 saat ia kelas 4 SD, ia mengikuti OSN SD (Olimpiade Sains Nasional) bidang
matematika dan terhenti di tingkat Kotamadya. Namun, itu tidak mematahkan
semangatnya.
Pada tahun 2012, ia mengikuti OSN bidang matematika lagi, tapi ia terdaftar di OSN dan
seleksi IMSO (International Mathematic
and Science Olympiad) yang seleksinya jauh lebih berat dibanding OSN. Dan ia lolos kedua-keduanya,
sehingga ia harus
memilih salah satu, dan ia memilih mengikuti seleksi IMSO.
Setelah proses seleksi yang cukup panjang, ia pun terpilih menjadi
salah satu dari 12 anak yang mewakili tim Indonesia untuk mengikuti IMSO. Pada
tahun 2012, ia mengikuti IMSO yang saat itu diselenggarakan di Lucknow, India. Ia mendapat medali perak
pada ajang olimpiade itu. Tak lama setelah ia kembali ke Jakarta, ia mengikuti ASMOPS (Asian Science and Mathematic Olympiad)
dan mendapat medali emas untuk kategori individual dan peringkat kedua untuk
kategori tim dalam ajang tersebut.
Sungguh pengalaman yang tidak terlupakan bertemu dengan berbagai
orang dari mancanegara. Mereka
memberanikan diri menggunakan bahasa inggris mereka yang kurang lancar
untuk berkomunikasi dengan peserta mancanegara, memakan makanan yang sangat
asing bagi mereka, dan bertukar pengetahuan budaya dengan mancanegara. Berbagai
kejadian lucu yang tak terlupakan baginya, pada saat orang India menghidangkan mereka makanan khas India,
ada bayam yang dicampur dengan jagung dan ditumbuk, roti cane, dan es krim
sebagai makanan penutup, lalu orang Afrika Selatan mengira es krim itu untuk
dioleskan di atas roti cane dan mulai memakannya, jelas orang India mulai
menertawakannya dan memberitahu bahwa saus untuk roti cane itu ada di seberang
tenda roti cane. Di tambah, ia tiba-tiba sering mimisan saat berada di sana, dan menurut anak
IPA itu karena susu kambing itu dapat menyebabkan panas dalam, padahal ia hanya mencoba
meminumnya sekali, ia pun kapok. Saat salah satu temannya ingin berkenalan dengan orang Taiwan, tetapi ia
tidak tau ia harus berkata apa, sehingga ia bertanya kepadanya, dan ia pun menjawab “wo ai ni”
yang sebenarnya berarti “aku mencintaimu”. Lantas langsung membuat orang Taiwan
itu kaget.
Lalu pada tahun 2013, ia mendaftar di SMP Tarakanita 2. Pada tahun 2014, ia mengikuti OSTARNAS
(Olimpiade Sains Tarakanita Nasional)
bidang matematika di Tangerang dan mendapat peringkat satu, ia juga mengikuti OSN SMP
dan mendapat medali perunggu dalam ajang tersebut. Ia pun mempersiapkan diri
lagi untuk mengikuti OSN untuk kedua kalinya. Namun tiba-tiba berlaku aturan
baru, bahwa semua peserta yang sudah mendapatkan medali tidak boleh ikut lagi,
padahal sebelumnya hanya yang mendapat medali emas. Aturan baru itu langsung
membuat beberapa temannya yang juga senasib dengannya kecewa, karena kami sudah mempersiapkan OSN kali ini dengan baik.
Akhirnya ia
pun mengikuti SMO (Singapore Mathematic
Olympiad) dan memperoleh medali emas pada ajang tersebut.
Lalu pada tahun 2015, ia mengikuti OSTARNAS bidang fisika, karena ia sudah mendapat
peringkat 1 dua tahun yang lalu. OSTARNAS kali ini diadakan di Surabaya,
sehingga ia
naik kereta api. Benar-benar pengalaman pertamanya naik kereta api. Lalu, ia dan temannya yang ikut bidang
biologi sudah mendengar banyak rumor tentang pengalaman naik kereta api yang
membuat kami tambah memikirkan yang aneh-aneh, padahal kenyataannya tidak seperti
itu, naik kereta api sangat menyenangkan.
Dan karena ekonomi keluarganya yang sedang krisis, ia tidak bisa bertanding
ke luar kota dan luar negeri seperti saat di SD. Ia harus mencari pertandingan yang bisa
diperhitungkan untuk mendapat beasiswa. Saat ia mengikuti pertandingan di Raffles School, sekolah top di Singapura, ayahnya memperhitungkan biaya
yang dibutuhkan untuk tiket pesawat dan menginap satu malam di sana dan
ternyata biaya yang dibutuhkan besar. Karena ada tiket murah untuk pulang pergi
di hari yang sama tanpa menginap, biayanya pun menjadi murah, sehingga mereka memilih tiket itu.
Pada hari kebernagkatan, ia bangun pukul 04.00 dan bersiap-siap, lalu tiba di Changi Airport pukul 10.00 dengan
kondisi mengantuk, mereka menuju ke Raffles School.
Dan ia cukup
bangga mendapat peringkat 4 pada kompetisi itu. Tak lama setelah pengumuman mereka bergegas menuju ke Changi Airport untuk kembali ke Jakarta.
Ia pun tiba
di Jakarta saat tengah malam. Itu salah satu pengalaman yang tak terlupakan
olehnya.
Sampai saat ini ia sangat bersyukur kepada Tuhan yang telah memberi talenta yang baik
sehingga ia bisa jadi siswa berprestasi dan ia juga sangat berterima
kasih kepada pihak sekolah Tarakanita 2 yang telah memberi beasiswa dari ia kelas 6 SD sampai SMA serta
guru-guru yang telah mendukungnya selama ini.
***