Gambar 2
Kembali Tim Futsal Tarki 2 menimang piala juara 3 dari ajang SMA Tarki 2 Cup tahun 2015. ini adalah prestasi kedua Tim Futsal Tarki 2 setelah sebelumnya pada bulan Oktober kemarin juga memperoleh juara ke-3 di ajang Tarlim Cup 2015.
Gambar 3
Tinggal selangkah lagi. Bisa jadi beginilah kata-kata yang tak sempat terucap namun melekat kuat di benak anak-anak Tim Futsaal Putri SMP kita. Setelah hampir satu pekan berlaga tanding di ajang P 6 CUP Penabur musim CUP tahun ini, Tim Putri Tarki memastikan diri melangkah di putaran final.
Gambar 4
Mendengar istrumen gamelan jawa barangkali bayangan yang muncul di benak Anda adalah suara musik yang ditimbulkan dari seperangkat alat musik gamelan yang berjumlah besar dan dimainkan atau ditabuh oleh banyak orang. Dalam menabuh gamelan tersebut, sebagian penabuh dalam posisi duduk bersila dengan mengenakan pakaian tradisional dan dilengkapi berbagai asesoris. Begitulah visualisasi sebenarnya terkait dengan instrumen gamelan Jawa.
Wednesday, 9 December 2015
Monday, 7 December 2015
ROMA DI CINA
By. Violeta
Dahulu kala seorang pemuda
Bernama Rama pergi berkelana
Meninggalkan ibunya yang sudah tua
Demi ilmu di negeri Cina
Menerjang ombah di laut lepas
Terik matahari sangat panas
Sesampai di sana ia mulai menulis
Tulisan mandarin yang sangat bagus
Tak tahu ke mana arah
Teruslah berjalan sampai lelah
Ia terus mencari tempat kuliah
Di tempat ramai di satu daerah
Ia belajar dengan giat
Ilmu di dapat tiada cepat
Ia harus sabar hatinya kuat
Menanti rintangan yang akan di dapat
***
TEMAN
By. Vincentius
Engkaulah teman sejatiku
Engkaulah sahabat sejatiku
Selalu berada di sampingku
Kita bersama kita selalu
Ketika diterjang rintangan
Kita tak sendirian
Kita tak akan kesepian
Tak kan merasa sendirian
Di saat aku sedang berduka
Kau dan aku bersama melaluinya
Di saat aku sedang tertawa ria
Kau bersamaku bercanda ria bersama
Kita tak akan terikat waktu ini
Meraih mimpi ke langit tinggi
Bersama mewarnai langit gelap ini
Sampai kita tua nanti
***
KESATRIA DAN NAGA
By. Vincent
Di kala itu ada seorang kesatria
Serta gadis yang muda belia
Suatu hari mereka jatuh cinta
Hari-hari dilewati dengan penuh cinta
Namun datanglah sang naga
Ia menghancurkan semangat dengan raga
Kesatria berusaha menghentikannya
Di atas kuda pedang dihunusnya
Namun usahanya sia-sia
Sang raja menculik si gadis belia
Kesatria pun berasa berduka
Niat hati membalas dukanya
Ia segera pergi ke gua
Ia langsung menebah kepala sang naga
Si gadis belia pun terselamatkannya
Akhirnya mereka pun bahagia
***
CINTA INDONESIA
By. Vania
Biarlah waktu berlalu
Indonesia tetap kecintaanku
Tak akan pernah kuragu
Merah putih benderamu
Tanahku yang kucintai
Engkau sangat kuhargai
Walaupun banyak negeri kujalani
Namun engkaulah negeriku yang sejati
Kan kukenang selama hidupku
Tidak akan hilang dari kalbuku
Kaulah harapan dari cita-citaku
Tempat ku menjadi pandu ibuku
***
HANSEL DAN GRESEL
Ny. Vannesha
Di tengah hutan yang lebat
Hiduplah seorang pemotong kayu
Dengan dua anak dan juga ibu
Hansel dan Grasel anak itu
Suatu hari mereka kelaparan
Tak ada lagi makanan yang disediakan
Sang istri yang jahat merencanakan
Membuang anaknya di tengah hutan
Hansel dan Grasel yang cerdik
Mengumpulkan kekuatan di rumah terdekat
Dijadikannya jalan lewat
Pagi hari pun lewat
Sang istri membawa mereka
Tapi akhirnya mereka pulang juga
Dengan selamat sentosa
Sang istri pasrah juga
***
SAHABAT
By. Stefani
Aku punya sahabat
Dia orang yang terhormat
Rajin belajar dan taat
Dialah penerbit
Dialah pencipta diriku
Setia dalam hidupku
Dia hiburku
Dia temani hariku
Dia ada di setiap waktuku
Tak pernah meninggalkanku
Dikala aku
Kehilangan tujuan hidupku
Meskipun terkadang kala
Aku mengecewakannya
Aku masih dibuatnya ria
Karena dia setia
Dialah Tuhan Ilahi
Sang bencipta bumi
Yang rela disalibkan dan mati
Cintanya tulus dari hati
***
MASA DEPAN
By. Stefanus
Wahai kita semua saat ini
Kita adalah anak-anak
Yang ditujukan untuk terus
Mengapa nama baik negara kita
Kita dituntut untuk terus giat
Dalam belajar dan berlatih
Dan mulai sekarang kita memulainnya
Di manapun kita berada
Waktu pun berjalan sangat cepat
Tak sadar hari-hari telah berlalu
Orang tua pun sudah wafat
Tinggalah seorang diri
Kita pun akhirnya bergabung dengan dunia
Dunia yang sebelumnya belum pernah kita lihat
Dunia yang dipenuhi dengan tantangan
Dan kita melewatinya akibat keras kita
***
AIR
By. Stevanus
Kulayaknya pedang dua sisi
Sedikit mau dihargai
Banyak mau membuat mati
Tanpamu semua takkan mati
Tiap tahun mau datang lagi
Membuat jadi bisa mati
Tiba-tiba kau pergi
Membuat tangis tak terkendali
***
PEMUDA
By. Ryan
Wahai muda kembangkanlah dirrimu
Inilah waktu terbaik untukmu
Sebelum kau sakit terbelenggu
Tak kuat lagi ragamu
Tak lelahkah kau mencoba
Menjadi orang yang iba
Tak pantas kau merasa
Pada wanita yang di sana
Wahai pemuda inilah waktumu
Untuk melakukan hal baru
Sebelum kau bertulang semu
Dan hanya bisa terpaku
Jangan kau sia-siakan
Mengenal yang diberikan Tuhan
Yang menyelamatkan semua insan
D ari bahaya yang mengancam
***
REMY
By. Regina
Remy tikus hitam warnanya
Yang terpisah dari keluarganya
beberapa kali putus asa
Tak tahu arah hidupnya
Hingga ia beretmu manusia
Dan tinggal di rumahnya
Mereka sudah seperti keluarga
Karena sangat dekat hubungannya
Ia tahu bisa memasak
Reny membantu memasak
Film majikan yang baik
Film mempunyai restauran cilik
Mereka mengelola restauran mereka
Banyak orang menyukai mereka
Koran banyak memegang fotonya
Restaurant tersebut bintang lima
***
MENTARI PAGI
By. Olivia
Di pagi hari yang tenang
Matahari bersinar terang
Terdengar burung bernyanyi riang
Menandakan hari mulai terang
Hembusan angin sepoi-sepoi
Membuat hati jadi damai
Dedaunan yang melambai-lambai
Menunjukkan indahnya dunia ini
Kuterbang dari tidurku
Kulihat sekelilingku
Alam nan indah sedang merayu
Memperlihatkan dirinya padaku
Kuterpaku melihatnya
Melihat indahnya alam semesta
Buat hidupku lebih berwarna
Buat hatiku riang gembira
***
NEGERI INDONESIA
By. Monica
Inilah negeriku, negeri Indonesia
Dengan alam yang memesona
Dengan budaya yang tak terhingga
Berbeda adalah kekuatan Indonesiaku
Berbagai suku, adat istiadat di Indonesiaku
Membuat kami bangga akan Indonesia
Membuat kami cinta Indonesia
Yang indah dan permai
Di sinilah aku dibesarkan penuh cinta
Di negeri ini aku menyimpan kenangan bahagia
Di negeri ini tempatku berkarya
Berkarya untuk nama Indonesia
Berbagai negeri di luar sana
Tetapi tetap Indonesia di jiwa
Tak pernah kulupakan dirimu Indonesiaku
Genggam tanganku Indonesiaku
***
BUKU
By. Jonathan
Buku itulah namamu
Pemeran besar dalam hhidupku
Engkaulah yang selalu
Memberiku ilmu
Aku tanpamu buku
Adalah butiran debu
Manusia yang dungu
Hingga bisa diam seperti batu
Aku tak ingin jadi kopong
Kaqrena di sekolah bengong
Aku tak mau sombong
Meski piala terus kuborong
Aku adalah penerus bangsa
Harus kubuat ibuku bangga
Akan kuharumkan nama keluarga
Dan terima kasih untuk bukuku tercinta
***
PELAJARAN YANG BERHARGA
By. Jonathan A
Waktu itu ada orang tua
Sedang duduk sendiri di sana
Ia adalah orang bijaksana
Kepadaku ia berkata
Wahai muda tunaikan ilmu
Cintai sesama dan dirimu
Sebelum saatnya tiba bagimu
Buatlah yang berkenan pada Tuhanmu
***
MAMAKU PAHLAWANKU
By. Hosea
Oh mama tercinta
Kau adalah malaikanananda
Segalanya yang kuterima
Berasal darimu mama
Kau mengajariku segalanya
Diajarkan cara membaca
Cara bersikap sopan, makan dan berkata-kata
Engkau adalah guruku yang pertama
Walaupun aku sering membuatmu kecewa
Membuatmu sakit hati mama
Rasa bersalah yang kurasa
Kata maaf adalah yang bisa kuminta
Tapi sekarang aku telah jera
Tak akan kulakukan kesalahan yang sama
Aku akan membuatmu bahagia
Hanya itu yang dapat kubuat padamu mama
***
SEMANGAT
By. Diva
Di pagi hari ini
Kudengar burung bernyanyi
Beterbangan ke sana ke mari
Mengikuti angin pagi ini
Hari baru semangat baru
Tuk pergi ke sekolah menuntut ilmu
Ajari aku wahai guruku
Supaya aku pandai selalu
Semangat hidup selalu kujaga
Agar kekal senantiasa
Juga berguna di masa depan
Agar kita makin di muka
Ingatlah selalu wahai semua
Umur senantiasa menua
Agar indah semua
***
JAKARTA
By. Fernando
Inilah kota megah Jakarta
Yang selalu dilanda bencana
Walau menjadi ibu kota negara
Tetap saja banjir membabi buta
Di manakah para pejabat
Yang seharusnya melindungi rakyat
Ibu kota saja tidak terawat
Apalagi nasib rakyat
Rakyat juga harus peduli
Terhadap kondisi ibu kota kini
Karena saat ini
Kita seharusnya malu pada diri sendiri
Jakarta sebagai kota hebat
Tempat berkuasa para pejabat
Sayang banyak kebohongan pada rakyat
Kota ini harus dirawat
***
LIBURAN
By. Erico
Aku berlibur bersama keluarga
Pergi ke puncak menikmati bersama keluarga
Sampai di villa aku menyewa sepeda
Jalan-jalan lihat suasana
Liburan yang sangat seru
Melakukan aktivitas bersama sepupu
Tertawa dan bercanda sampai seru
Menghilangkan rasa lesih dan lesu
Tiada hari tanpa bosan
Pergi bermain sampai kesorean
Kulakukan dengan menawan
Demi menyehatkan badan
Akhir dari liburan ini
Meninggalkan villa pagi hari
Dan sampai sekolah sore hari
Esoknya siap sekolah kembali
***
JATUH HATI
By. Erico
Kuterpikat pada tuturmu
Kutersihir cintamu
Ku tak harus memilikimu
Tapi bolehkah aku di sisimu
***
JAGALAH PEMBICARA
By. Edwin
Wahai anak muda
Kenalilah tempatmu berada
Jagalah kata saat bicara
Ketahuilah ini bukan tempat anda
GURU TERSAYANG
By. Diana
Hari sekolah pun berlalu
Aku memandang langit biru
Ulangan baru juga berlalu
Menunggu hasilnya penuh ragu
Hanya es krim yang kumau
Dari nilai bagusku
Alangkah senangnya kalbu
Melihat nilai yang bagus begitu
Kesenangan itu dilanda kesedihan
Ternyata ada bisikan
Guruku tersayang
Dipanggil Tuhan kemarin siang
Bunga karang kubawa
Pita hitam ku kena
Alangkah malang nasibnya
Berbaring di dalam keranda
***
BIDADARI LANGIT
By. Caroline
Beginilah ceritanya
Seorang pangeran ingin pergi pesta
Sedang berffikir mencari teman baginya
Untuk berdu di dalam pesta
Pangeran merasa sedih
Siapakah yang akan ke seblah
Pangeran pun mulai merebah
Tertidur dengan rasa gelisah
Seorang bidadari dari langit
Mendengar keluh kesah pangeran yang pahit
Bidadari dari dari langit
Mencari akal sambil berkelit
Pangeran sekarang bersiap
Bidadari langit juga sigap
Ia turun dari langit kedap
Tapi tidaklah menjadi kalap
***
SAKIT HATI
By. Brian
Bila memang harus berpisah
Aku akan tetap setialah
Bila memang ini ujiannyalah
Kau tetap akan ada di risalah
***
SAHABAT
By. Ave
Sudah hampir tiga tahun kita berteman
Banyak peristiwa yang kita lewati
Peristiwa suka maupun duka
Silih berganti selalu ada
Kita selalu bersama-sama
Kita terdiri dari sepuluh manusia
Sociati nama persahabatan kita
Semoga kekal selamanya
Kita saling melengkapi
Saat ada yang untung maupun rugi
Saat senang susah kita nikmati
mencoba tetap selalu berseri
Tetapi kita akan berpisah
Untuk melanjutkan sekolah
Semoga saat kita bertemu entah
Kita menjadi orang tak lemah
***
PELANGI
By. Audrey
Pelangi-pelangi
Berwarna-warni
Muncul di pagi hari
Di sinari matahari
Alangkah indahmu
Merah kuning hijau
Biru nila dan ungu
Menghiasi langit yang biru
Mijikuhibiniu warnanya
Jika dilihat dengan mata
Sangatlah indah sampai bercahaya
Sehabis hujan datanglah dia
Pelukismu agung
Di atas langit menggantung
sinar matahari yang terang benderang
Membuatmu terlihat cemerlang
***
HOMO
By. Aryasena
Sore hari di lapangan
Kulihat orang bergandengan
Bermesraan di pojokan
Lalu diam-diam berciuman
Hanya sesaat aku merasa jiji
Tanpa merasa risi hati
Dilihat orang tak juga peduli
Tanpa berfikir orang-orang pergi
Mereka berdua adalah lelaki
Yang telah sakit hati
Karena tidak pernah dicintai
Akupun pergi merasa jiji
Aku menyesal telah melihat
Ada temanku berlari terbirit-birit
Ada juga yang malah sakit
Karena mual mau buang hajat
***
MATAHARI
By. Alvina
Waktu menjelang pagi hari
Ucapkan salam pada matahari
Yang menyinari kita sepanjang hari
Yang memberikan kita sinar matahari
Hari dimulai senyum bahagia
Karena matahari senyum gembira
Dimjulai dari ayam membangunkan semua
Sampai bulan menyambut kita semua
Saat siang matahari bersinar terang
Karena waktu menunjukkan jam dua petang
Saat sore matahari tetap terang
Karena bulan belum datang
Akhirnya malam pun datang
Di sambut bulan yang terang
Bulan dan bintang terang
Menyinari malam yang datang
***
ORANG INDONESIA
By. Adrian
Bukan lautan hanya kolam susu
Indonesia selalu banyak masalah
Pelakunya kebanyakan pemerintah
Cuma bisa makan duit rakyatlah
Beginikah kenyataan Indonesia
Banyak orang yang pada sengsara
Banyak rakyat kecil yang koma
Kita juga kurang empati padanya
***
Sunday, 6 December 2015
Sahabat selalu ada saat senang maupun duka
Sahabat selalu mendengarkan ceritaku
Sahabat harus saling mempercayai
Di saat aku senang kau ikut senang bersamaku
Hatiku sedih di saat kau harus pindah sekolah
Aku merasa kehilangan
Kau memang sahabat baikku
Walaupun kau jauh
Kau tetap menghubungiku dan menanyakan keadaanku
Tapi aku dan kau tetap akan bersahabat
Sahabat yang sejati
***
SAHABATKU
Pintumu selalu terbuka bagiku
Siap untuk berkorban
Membantuku melewati hidup ini
Rintangan yang muncul
Terima kasih sahabatku
Atas pengorbananmu yang engkau berikan
Atas waktu yang kau luangkan untukku
Untuk selalu membantuku menempuh kehidupan
***
Hingga pada suatu ketika, di sore hari di pertengahan bulan Juli tahun ini. Pada bulan Juli ini biji-biji kopi yang di pohon itu, yang semula masih hijau muda mulai menguning menjelang tua. Tak lama lagi si empunya pohon bakal memanennya. Jika biji-biji kopi mulai menguning seperti ini, biasanya menarik perhatian mata musang atau luwak yang memang kesukaannya makan biji kopi. Maka tak heran jika sedang musim-musim kopi seperti ini, sebagian besar waktu Manto dihabiskannya di kebun untuk berjaga-jaga. Manto selalu menjaga pohon-pohon kopinya dari jangkauan Luwak. Tak pernah dia biarkan ada seekor Luwak pun yang akan mengambil biji kopinya, meski hanya sebutir saja. Pernah suatu ketika, seekor Luwak mencoba menerobos pagar kebun Manto, Manto tak membiarkan itu, Manto menguber Luwak tersebut. Dengan sebilah golok di tangannya Manto menebas leher sang Luwak, dan Luwak pun mati seketika. Begitu dia lakukan itu setiap kali Luwak mencoba mendekat, menerobos masuk ke kebun Manto. Entah sudah berapa ekor Luwak melayang di tangannya di musim kopi tahun ini. Sore itu, ketika Manto sedang berjaga di kebun kopinya. Manto melihat seekor Luwak sedang asyik bertengger pada sehelai batang di pohon kopi milik Tarjo. Luwak itu begitu menikmati biji demi biji kopi yang memang sudah ranum. Melihat hal itu, Manto bermaksud memberitahukan hal ini kepada Tarjo. Manto pun berteriak-teriak memanggil Tarjo. Teriakannya kencang sekali. Sampai terdengar di telinga Tarjo. Semula Tarjo tak menghiraukan teriakan itu. Hanya karena Tarjo berasa risi dengan warga yang lain saja, akhirnya Tarjo pun menyempatkan diri menuju ke tempat asal teriakan tersebut.
Dan bertanyalah Tarjo. "Ada apa Pak Manto, saya dengar Pak Manto memanggil-manggil saya?" tanya Pak Tarjo dengan sopannya. "Itu...tu..itu, Pak Tarjo lihat sendiri. Di pohon itu, ada seeokor Luwak yang sedari tadi memakan biji-biji kopi di kebun Bapak...!" jelas Manto seraya tangannya menunjuk ke arah pohon di mana Luwak itu berada. "Apakah Bapak tidak ingin mengusir binatang serakah itu...!" lanjut Manto. "Tidakkah Bapak akan dirugikan dengan ulah Luwak itu. Lihatlah Pak, Bapak bisa lihat sendiri di kebun saya. Biji-biji kopi itu masih utuh, tak satu pun tercuri oleh Luwak. Sebab saya tak pernah membiarkan seekor Luwak pun mencurinya. Siang dan malam saya menjaga kebun saya." Manto terdiam sejenak, menarik nafas panjang, kemudian lanjutnya, " Bukankah dari biji-biji kopi itu kita hidup..!" tegas Pak Manto.
Mendengar penjelasan Pak Manto, Pak Tarjo hanya bersungut-sungut saja. Dalam hati mungkin dia berfikir akan seseorang yang berdiri di depan matanya ini. Selama ini Pak Tarjo memang hanya mendengar dari pergunjingan orang tentang tabiat Pak Manto. Tapi kali ini benar-benar ia melihat dan mendengar sendiri tabiat itu dari diri Pak Manto. Ia menjadi sangat tidak percaya dan merasa sangat prihatin. Diam-diam tergeraklah hatinya untuk memberikan sesuatu yang mungkin baik bagi Pak Manto, sesuatu yang barang kali bisa menumbuhkan kesadaran diri bagi Pak Manto. Maka mendengar penuturan Pak Manto tentang Luwak di pohon kopi di kebun Pak Tarjo, berkatalah Pak Tarjo. "Pak Manto, aku tak risaukan Luwak itu memakan kopi-kopiku." Pak Manto membuka pembicaraannya. "Luwak-Luwak itu hanya menyukai kulit kopi yang sudah merah dan matang itu. Luwak tak suka dengan biji kopinya. Meskipun ia menelan biji kopi itu, tapi ia akan mengeluarkan kembali biji kopi itu, bersamaan dengan waktu ia buang kotoran." Pak Tarjo diam sejenak.
Sementara Pak Manto membelalakkan mata seolah tidak percaya dengan omongan Pak Tarjo. "Biji-biji kopi yang dibuang oleh Luwak itulah yang sebenarnya kita butuhkan, bukan biji-biji kopi yang masih menggantung di pohon yang kelihatan merah dan ranum itu. Kopi-kopi yang sepeerti itu biarlah menjadi jatah sang Luwak." Pak Manto tampak bersungut-sungut. Sementara Pak Tarjo masih terus berbicara dengan nada yang semakin datar. "Jadi, Pak Manto, buat apa kita risaukan Luwak di atas pohon kopi kita. Bukankah mereka mengambil apa yang menjadi bagian mereka. Dan mereka akan juga mengembalikan apa yang menjadi bagian kita." Pak Tarjo diam sebentar.
"Maka menurut hemat saya, sebaiknya mari kita pulang ke rumah masing-masing. Hari sudah merangangkak petang. Saya yakin, di rumah kita masing-masing anak dan istri kita lebih memerlukan perhatian kita. Daripada pohon-pohon kopi di kebun kita." Selesai berbicara demikian, Pak Tarjo menjabat tangan Pak Manto dan kemudian berlalu dari hadapan Pak Manto.
Hari di ujung rembang, matahari tak tampak lagi. Selimut malam mulai membentang di angkasa yang luas. Langkah Manto perlahan menjauh dari kebun kopi di lereng bukit itu. Ketiga anak dan istrinya telah sedari siang menunggu dia kembali.