Saturday, 23 January 2016

Pada malam natal, saya mengikuti misa di gereja bersama keluarga. Kami tiba di gereja 2 jam lebih awal agar mendapat tempaat duduk di dalam gereja. Tetapi pada saat kami tiba, sudah ada banyak orang di dalam gerja dan untungnya kami masih mendapat tempat duduk. Pada keesokan harinya, yaitu pada hari natal, kami makan malam dengan saudara-saudara karena ada yang berulang tahun. Saya diberi kado natal yaitu sebuah buku novel yang lumayan besar dan tebal.

Pada malam tahun baru, saya dan keluarga makan bersama saudara-saudara yang lain di rumah nenek. Kami semua tiba lebih awal agar bisa bermain dan ada yang membantu memasak makanan serta memanggang daging. Setelah makan, saya diajak bermain kembang api dan menyaksikan petasan oleh saudara yang tinggal tak jauh dari rumah, jadi kam memutuskan untuk pergi ke sana. Pada saat kami tiba, sudah ada yang mulai bermain kembang api. Akupun ikut bermain dan tak lama kemudian salah satu saudaraku mengusulkan untuk bermain petasan yang ia punya. Ia pun menyiapkan petasan dan menyalakannya. Kami semua kaget ketika petasan itu meluncur ke langit karena terjadi secara tiba-tiba. Ketika petasan kedua dinyalakan tidak terjadi apa-apa. Kami menunggu petasan itu meluncur, tetapi tetap tak terjadi apa-apa. Sehingga saudaraku itu memutuskan untuk menyalakannya lagi, tapi tepat ketika ia ingin menyalahkan petasan, petasan itu meluncur ke langit dan membuatnya kaget dan lari ketakutan. Kami semua tertawa meski sedikit kaget juga. Karena saudaraku kapok bermain petasan, ia mengambil petasan jenis lain. Petasan itu ditaruh di tanah dan ia nyalakan. Ia mengaku semburan kembang apinya mencapai 5 meter. 

Namun setelah dinyalakan petasan itu hanya mengeluarkan kembang-kembang api kecil saja untuk beberapa detik. Kami semua mengejek saudaraku itu korban PHP abang penjual petasan dan tiba-tiba petasan itu menyemburkan kembang api yang dasyat. Saudaraku itu berkata kalau petasannya tiba-tiba seperti itu karena marah atas ejekan kami dan kita semua mendapat balasan karena mengejeknya. Saudara-saudaraku yang lain ada yang lari ketakutan dan bahkan ada yang memeluk tiang listrik.
By. Shania





*** 

0 komentar:

Post a Comment