Wednesday, 9 December 2015

Sedang saya menyuntuki seabrek kain bekas cuci yang harus segera disulap kembali menjadi rapi, terdengar olehku celoteh anakku dengan ibunya di sela-sela keasyikannya nonton televisi:
“Mama.., Mama… Kenapa sih Mama nggak nikah lagi sama cowok ganteng?”
Sesaat kemudian terdengar mamanya menjawab demikian:
“Nak, Mama gak boleh nikah lagi. Nikah itu cuma sekali seumur hidup.”
Kemudian anakku bicara lagi:
“Tapi Ma, kalo Mama nikah lagi sama cowok yang ganteng, pasti Atha bakal tambah cantik…!”
Lagi-lagi istriku menanggapinya demikian:
“Nak, kalo Mama nikah sama cowok ganteng, gak bakalan saat ini Mama main sama atha.”
“Emang, kenapa Ma?” tanya anakku lagi.
“Ya iya, Atha itu ada kan karena Mama nikah sama ayah jelek.”
“Apes deh jadi anak ayah…!” Jawab anakku dengan suara yang sedikit melemah namun tetap saya bisa mendengarnya.
Aku yang dari semula memilih menjadi pendengar pun ikutan menimpal pembicaraan:
“Nak, apalagi kalo ayah yang nikah lagi sama cewek cakep, pasti Atha jadinya cantik buanget ya..!”
“Gak boleh…!” teriak anakku seketika itu juga.
Kutinggalkan sebentar setumpuk kain yang masih tersisa. Kuhampiri anakku, kupeluk dia erat-erat.
“Ma, rasanya seperti terbangun dari mimpi. Gak terasa ya, kini anak kita dah mulai besar…!”
Istriku pun hanya tersenyum. Sore itu kami larut dalam suasana penuh kegenbiraan. Rasanya dunia menjadi milik kami bertiga.
*Hanya sepenggal kisah bagaimana kami menyikapi pertanyaan-pertanyaan spontan dari anakku seiring dengan bertambahnya umur.

Temanku pernah bilang, cinta itu buta. Butanya membutakan semua mata. Mata si muda, mata si tua menjadi buta karenanya. Katanya pula, dengan cinta itulah orang mau melakukan apa saja demi membahagiakan orang yang dicintainya. Panas-hujan, siang-malam, bersih-jorok, mulia-hina, bukanlah suatu kriteria untuk orang melakukan atau tidak melakukan sesuatu bagi yang dicintainya. Bagi yang punya cinta, barangkali mereka tak akan merasa jijik, kotor, ataupun bau, ketika harus mengorek-ngorek selokan bahkan comberan sekalipun. Suatu pekerjaan yang mungkin tak akan dilakukan oleh mereka yang tak punya cinta. Cinta memang buta, butanya membutakan mata di kepala tapi bukan mata hati. Mata di kepala bisa buta, tapi mata hati tetap bicara: Ia harus bahagia..! Benarkah itu? Maka biarkan malam ini aku berkaca pada Udin si tukang sapu jalan itu.

Lihatlah Udin,
Si tukang sapu jalan itu.
Sedang dia menyapu.
Dan sambil dia menyapu,
matanya berkeliling ke kanan dan kiri.
Melihat mencari-cari apa yang bisa dicari,
pada berjajar tong-tong besar di sepanjang jalan itu.
Kepalanya menunduk,
tangannya mengaduk-aduk,
mengais-ngais sampah,
sampah-sampah yang memberinya berkah.
Botol aqua bekas, kaleng sprite, coca cola, poccari dan sejenisnya.
Dan bila beruntung, dari tong-tong sampah itu,
Udin menemukan beberapa besi bekas spare part,
dari sepeda motor, bajaj dan juga mobil.
Benda-benda bekas itu dipungutnya,
dimasukkan ke dalam kantong plastik yang bekas juga.
Menjelang siang,
Udin selesai menunaikan tugas rutinnya.
Udin pun pulang dengan memanggul barang-barang bekas perolehannya.
Barang-barang itu dikumpulkannya,
di samping gubugnya dengan diatapi sehelai terpal usang.

Jangan dikira
Udin sebatang kara.
Jangan disangka
Udin tak punya keluarga.
Siapa kira,
siapa juga sangka,
Udin yang tukang sapu itu
adalah pegawai juga.
Udin yang tukang sapu itu
adalah pegawai dengan penghasilan tetap.
Tiap bulan ia terima gaji tanda balas jasanya.
Gajinya tidak seberapa
sesuai golongannya yang hanya rendahan saja.
Dari gaji itu,
Udin menghidupi istri dan dua anaknya.
Meski cukup sampai di tengah bulan cuma.
Udin tidaklah putus asa.
Lalu dengan apa setengah bulan berikutnya?
Bertanyalah pada gelas-gelas bekas aqua itu!
Bertanyalah juga pada kaleng-kaleng bekas itu!
Tanyalah juga pada besi-besi tua itu!
Padanya mungkin ada jawabnya.

Di samping rumah diatapi selembar terpal
Dikumpulkan satu-satu barang-barang bekas itu
Dari sedikit menjadi membukit
Hingga di suatu waktu
Sekali dalam satu bulan
Plastik, botol, besi yang semuanya bekas itu
Dikilokan dan ditimbang
Dari penimbangan itu Udin beroleh uang
Botol aqua kini menjadi uang
Kaleng-kaleng kini menjadi uang
Besi bekas kini menjadi uang
Dengan uang itu
Udin menghidupi istri dan anaknya
di tengah bulan tersisa.
Bila ada terisa uang,
dikumpulkan uang itu.
Bila dipandang cukup,
dibelikannya uang itu perhiasan.
Dari cincin, gelang, kalung, giwang sampai ke anting-anting.
Tak luput Yuli anak semata wayangnya pun dibelikannya juga.

Udin memang tak kaya
Tak banyak harta
Meski Udin hidup sederhana
Tapi keluarganya bahagia
Di gubuknya ada cinta
Cinta Udin kepada anak dan juga istrinya

Demi cinta itu
Demi anak dan istri
Udin tak malu-malu lagi
Udin tak canggung lagi
Udin tak risih lagi
Memungut barang-barang bekas itu
Di benaknya cuma satu
Di hatinya cuma satu
Di rasanya cuma satu
Anak dan istrinya bahagia
Walau hidup apa adanya

***



Monday, 7 December 2015

Bila anak-anak bersyair 6 merupakan kumpulan syair yang sama seperti pada kumpulan syair-syair yang sebelumnya. Dalam kumpulan ini terhimpun beberapa syair yang ditulis siswa pada saat menjalani Ulangan Akhir Semester. Syair-syair tulisan anak tersebut dimuat apa adanya tanpa dilakukan pengeditan. sehingga bisa jadi, akan ditemukan beberapa syair yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan syair.

ROMA DI CINA
By. Violeta

Dahulu kala seorang pemuda
Bernama Rama pergi berkelana
Meninggalkan ibunya yang sudah tua
Demi ilmu di negeri Cina

Menerjang ombah di laut lepas
Terik matahari sangat panas
Sesampai di sana ia mulai menulis
Tulisan mandarin yang sangat bagus

Tak tahu ke mana arah
Teruslah berjalan sampai lelah
Ia terus mencari tempat kuliah
Di tempat ramai di satu daerah

Ia belajar dengan giat
Ilmu di dapat tiada cepat
Ia harus sabar hatinya kuat
Menanti rintangan yang akan di dapat

 ***

TEMAN
By. Vincentius

Engkaulah teman sejatiku
Engkaulah sahabat sejatiku
Selalu berada di sampingku
Kita bersama kita selalu

Ketika diterjang rintangan
Kita tak sendirian
Kita tak akan kesepian
Tak kan merasa sendirian

Di saat aku sedang berduka
Kau dan aku bersama melaluinya
Di saat aku sedang tertawa ria
Kau bersamaku bercanda ria bersama

Kita tak akan terikat waktu ini
Meraih mimpi ke langit tinggi
Bersama mewarnai langit gelap ini
Sampai kita tua nanti

***

KESATRIA DAN NAGA
By. Vincent

Di kala itu ada seorang kesatria
Serta gadis yang muda belia
Suatu hari mereka jatuh cinta
Hari-hari dilewati dengan penuh cinta

Namun datanglah sang naga
Ia menghancurkan semangat dengan raga
Kesatria berusaha menghentikannya
Di atas kuda pedang dihunusnya

Namun usahanya sia-sia
Sang raja menculik si gadis belia
Kesatria pun berasa berduka
Niat hati membalas dukanya

Ia segera pergi ke gua
Ia langsung menebah kepala sang naga
Si gadis belia pun terselamatkannya
Akhirnya mereka pun bahagia

***

CINTA INDONESIA
By. Vania

Biarlah waktu berlalu
Indonesia tetap kecintaanku
Tak akan pernah kuragu
Merah putih benderamu

Tanahku yang kucintai
Engkau sangat kuhargai
Walaupun banyak negeri kujalani
Namun engkaulah negeriku yang sejati

Kan kukenang selama hidupku
Tidak akan hilang dari kalbuku
Kaulah harapan dari cita-citaku
Tempat ku menjadi pandu ibuku

***

HANSEL DAN GRESEL
Ny. Vannesha

Di tengah hutan yang lebat
Hiduplah seorang pemotong kayu
Dengan dua anak dan juga ibu
Hansel dan Grasel anak itu

Suatu hari mereka kelaparan
Tak ada lagi makanan yang disediakan
Sang istri yang jahat merencanakan
Membuang anaknya di tengah hutan

Hansel dan Grasel yang cerdik
Mengumpulkan kekuatan di rumah terdekat
Dijadikannya jalan lewat
Pagi hari pun lewat

Sang istri membawa mereka
Tapi akhirnya mereka pulang juga
Dengan selamat sentosa
Sang istri pasrah juga

***

SAHABAT
By. Stefani

Aku punya sahabat
Dia orang yang terhormat
Rajin belajar dan taat
Dialah penerbit

Dialah pencipta diriku
Setia dalam hidupku
Dia hiburku
Dia temani hariku

Dia ada di setiap waktuku
Tak pernah meninggalkanku
Dikala aku
Kehilangan tujuan hidupku

Meskipun terkadang kala
Aku mengecewakannya
Aku masih dibuatnya ria
Karena dia setia

Dialah Tuhan Ilahi
Sang bencipta bumi
Yang rela disalibkan dan mati
Cintanya tulus dari hati

***

MASA DEPAN
By. Stefanus

Wahai kita semua saat ini
Kita adalah anak-anak
Yang ditujukan untuk terus
Mengapa nama baik negara kita

Kita dituntut untuk terus giat
Dalam belajar dan berlatih
Dan mulai sekarang kita memulainnya
Di manapun kita berada

Waktu pun berjalan sangat cepat
Tak sadar hari-hari telah berlalu
Orang tua pun sudah wafat
Tinggalah seorang diri

Kita pun akhirnya bergabung dengan dunia
Dunia yang sebelumnya belum pernah kita lihat
Dunia yang dipenuhi dengan tantangan
Dan kita melewatinya akibat keras kita

***

AIR
By. Stevanus

Kulayaknya pedang dua sisi
Sedikit mau dihargai
Banyak mau membuat mati
Tanpamu semua takkan mati

Tiap tahun mau datang lagi
Membuat jadi bisa mati
Tiba-tiba kau pergi
Membuat tangis tak terkendali

***

PEMUDA
By. Ryan

Wahai muda kembangkanlah dirrimu
Inilah waktu terbaik untukmu
Sebelum kau sakit terbelenggu
Tak kuat lagi ragamu

Tak lelahkah kau mencoba
Menjadi orang yang iba
Tak pantas kau merasa
Pada wanita yang di sana

Wahai pemuda inilah waktumu
Untuk melakukan hal baru
Sebelum kau bertulang semu
Dan hanya bisa terpaku

Jangan kau sia-siakan
Mengenal yang diberikan Tuhan
Yang menyelamatkan semua insan
D ari bahaya yang mengancam

***

REMY
By. Regina

Remy tikus hitam warnanya
Yang terpisah dari keluarganya
beberapa kali putus asa
Tak tahu arah hidupnya

Hingga ia beretmu manusia
Dan tinggal di rumahnya
Mereka sudah seperti keluarga
Karena sangat dekat hubungannya

Ia tahu bisa memasak
Reny membantu memasak
Film majikan yang baik
Film mempunyai restauran cilik

Mereka mengelola restauran mereka
Banyak orang menyukai mereka
Koran banyak memegang fotonya
Restaurant tersebut bintang lima

***

MENTARI PAGI
By. Olivia

Di pagi hari yang tenang
Matahari bersinar terang
Terdengar burung bernyanyi riang
Menandakan hari mulai terang

Hembusan angin sepoi-sepoi
Membuat hati jadi damai
Dedaunan yang melambai-lambai
Menunjukkan indahnya dunia ini

Kuterbang dari tidurku
Kulihat sekelilingku
Alam nan indah sedang merayu
Memperlihatkan dirinya padaku

Kuterpaku melihatnya
Melihat indahnya alam semesta
Buat hidupku lebih berwarna
Buat hatiku riang gembira

***

NEGERI INDONESIA
By. Monica

Inilah negeriku, negeri Indonesia
Dengan alam yang memesona
Dengan budaya yang tak terhingga
Berbeda adalah kekuatan Indonesiaku

Berbagai suku, adat istiadat di Indonesiaku
Membuat kami bangga akan Indonesia
Membuat kami cinta Indonesia
Yang indah dan permai

Di sinilah aku dibesarkan penuh cinta
Di negeri ini aku menyimpan kenangan bahagia
Di negeri ini tempatku berkarya
Berkarya untuk nama Indonesia

Berbagai negeri di luar sana
Tetapi tetap Indonesia di jiwa
Tak pernah kulupakan dirimu Indonesiaku
Genggam tanganku Indonesiaku

***

BUKU
By. Jonathan

Buku itulah namamu
Pemeran besar dalam hhidupku
Engkaulah yang selalu
Memberiku ilmu

Aku tanpamu buku
Adalah butiran debu
Manusia yang dungu
Hingga bisa diam seperti batu

Aku tak ingin jadi kopong
Kaqrena di sekolah bengong
Aku tak mau sombong
Meski piala terus kuborong

Aku adalah penerus bangsa
Harus kubuat ibuku bangga
Akan kuharumkan nama keluarga
Dan terima kasih untuk bukuku  tercinta

***

PELAJARAN YANG BERHARGA
By. Jonathan A

Waktu itu ada orang tua
Sedang duduk sendiri di sana
Ia adalah orang bijaksana
Kepadaku ia berkata

Wahai muda tunaikan ilmu
Cintai sesama dan dirimu
Sebelum saatnya tiba bagimu
Buatlah yang berkenan pada Tuhanmu

***

MAMAKU PAHLAWANKU
By. Hosea

Oh mama tercinta
Kau adalah malaikanananda
Segalanya yang kuterima
Berasal darimu mama

Kau mengajariku segalanya
Diajarkan cara membaca
Cara bersikap sopan, makan dan berkata-kata
Engkau adalah guruku yang pertama

Walaupun aku sering membuatmu kecewa
Membuatmu sakit hati mama
Rasa bersalah yang kurasa
Kata maaf adalah yang bisa kuminta

Tapi sekarang aku telah jera
Tak akan kulakukan kesalahan yang sama
Aku akan membuatmu bahagia
Hanya itu yang dapat kubuat padamu mama

***

SEMANGAT
By. Diva

Di pagi hari ini
Kudengar burung bernyanyi
Beterbangan ke sana ke mari
Mengikuti angin pagi ini

Hari baru semangat baru
Tuk pergi ke sekolah menuntut ilmu
Ajari aku wahai guruku
Supaya aku pandai selalu

Semangat hidup selalu kujaga
Agar kekal senantiasa
Juga berguna di masa depan
Agar kita makin di muka

Ingatlah selalu wahai semua
Umur senantiasa menua
Agar indah semua

***

JAKARTA
By. Fernando

Inilah kota megah Jakarta
Yang selalu dilanda bencana
Walau menjadi ibu kota negara
Tetap saja banjir membabi buta

Di manakah para pejabat
Yang seharusnya melindungi rakyat
Ibu kota saja tidak terawat
Apalagi nasib rakyat

Rakyat juga harus peduli
Terhadap kondisi ibu kota kini
Karena saat ini
Kita seharusnya malu pada diri sendiri

Jakarta sebagai kota hebat
Tempat berkuasa para pejabat
Sayang banyak kebohongan pada rakyat
Kota ini harus dirawat

***

LIBURAN
By. Erico

Aku berlibur bersama keluarga
Pergi ke puncak menikmati bersama keluarga
Sampai di villa aku menyewa sepeda
Jalan-jalan lihat suasana

Liburan yang sangat seru
Melakukan aktivitas bersama sepupu
Tertawa dan bercanda sampai seru
Menghilangkan rasa lesih dan lesu

Tiada hari tanpa bosan
Pergi bermain sampai kesorean
Kulakukan dengan menawan
Demi menyehatkan badan

Akhir dari liburan ini
Meninggalkan villa pagi hari
Dan sampai sekolah sore hari
Esoknya siap sekolah kembali

***

JATUH HATI
By. Erico

Kuterpikat pada tuturmu
Kutersihir cintamu
Ku tak harus memilikimu
Tapi bolehkah aku di sisimu

***

JAGALAH PEMBICARA
By. Edwin

Wahai anak muda
Kenalilah tempatmu berada
Jagalah kata saat bicara
Ketahuilah ini bukan tempat anda

GURU TERSAYANG
By. Diana

Hari sekolah pun berlalu
Aku memandang langit biru
Ulangan baru juga berlalu
Menunggu hasilnya penuh ragu

Hanya es krim yang kumau
Dari nilai bagusku
Alangkah senangnya kalbu
Melihat nilai yang bagus begitu

Kesenangan itu dilanda kesedihan
Ternyata ada bisikan
Guruku tersayang
Dipanggil Tuhan kemarin siang

Bunga karang kubawa
Pita hitam ku kena
Alangkah malang nasibnya
Berbaring di dalam keranda

***

BIDADARI LANGIT
By. Caroline

Beginilah ceritanya
Seorang pangeran ingin pergi pesta
Sedang berffikir mencari teman baginya
Untuk berdu di dalam pesta

Pangeran merasa sedih
Siapakah yang akan ke seblah
Pangeran pun mulai merebah
Tertidur dengan rasa gelisah

Seorang bidadari dari langit
Mendengar keluh kesah pangeran yang pahit
Bidadari dari dari langit
Mencari akal sambil berkelit

Pangeran sekarang bersiap
Bidadari langit juga sigap
Ia turun dari langit kedap
Tapi tidaklah menjadi kalap

***

SAKIT HATI
By. Brian

Bila memang harus berpisah
Aku akan tetap setialah
Bila memang ini ujiannyalah
Kau tetap akan ada di risalah

***

SAHABAT
By. Ave

Sudah hampir tiga tahun kita berteman
Banyak peristiwa yang kita lewati
Peristiwa suka maupun duka
Silih berganti selalu ada

Kita selalu bersama-sama
Kita terdiri dari sepuluh manusia
Sociati nama persahabatan kita
Semoga kekal selamanya

Kita saling melengkapi
Saat ada yang untung maupun rugi
Saat senang susah kita nikmati
mencoba tetap selalu berseri

Tetapi kita akan berpisah
Untuk melanjutkan sekolah
Semoga saat kita bertemu entah
Kita menjadi orang tak lemah

***

PELANGI
By. Audrey

Pelangi-pelangi
Berwarna-warni
Muncul di pagi hari
Di sinari matahari

Alangkah indahmu
Merah kuning hijau
Biru nila dan ungu
Menghiasi langit yang biru

Mijikuhibiniu warnanya
Jika dilihat dengan mata
Sangatlah indah sampai bercahaya
Sehabis hujan datanglah dia

Pelukismu agung
Di atas langit menggantung
sinar matahari yang terang benderang
Membuatmu terlihat cemerlang

***

HOMO
By. Aryasena

Sore hari di lapangan
Kulihat orang bergandengan
Bermesraan di pojokan
Lalu diam-diam berciuman

Hanya sesaat aku merasa jiji
Tanpa merasa risi hati
Dilihat orang tak juga peduli
Tanpa berfikir orang-orang pergi

Mereka berdua adalah lelaki
Yang telah sakit hati
Karena tidak pernah dicintai
Akupun pergi merasa jiji

Aku menyesal telah melihat
Ada temanku berlari terbirit-birit
Ada juga yang malah sakit
Karena mual mau buang hajat

***

MATAHARI
By. Alvina

Waktu menjelang pagi hari
Ucapkan salam pada matahari
Yang menyinari kita sepanjang hari
Yang memberikan kita sinar matahari

Hari dimulai senyum bahagia
Karena matahari senyum gembira
Dimjulai dari ayam membangunkan semua
Sampai bulan menyambut kita semua

Saat siang matahari bersinar terang
Karena waktu menunjukkan jam dua petang
Saat sore matahari tetap terang
Karena bulan belum datang

Akhirnya malam pun datang
Di sambut bulan yang terang
Bulan dan bintang terang
Menyinari malam yang datang

***

ORANG INDONESIA
By. Adrian

Bukan lautan hanya kolam susu
Indonesia selalu banyak masalah
Pelakunya kebanyakan pemerintah
Cuma bisa makan duit rakyatlah

Beginikah kenyataan Indonesia
Banyak orang yang pada sengsara
Banyak rakyat kecil yang koma
Kita juga kurang empati padanya

***








Sunday, 6 December 2015

Persahabatan atau pertemanan, menurut Wikipedia diartikan sebagai perilaku kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Dalam persahabatan terlihat adanya sikap kesetiaan, tolong-menolong, saling menasihati. Sahabat adalah orang yang memperlihatkan perilaku yang berbalasan dan reflektif. Dengan kata lain, persahabatan merupakan hubungan antara dua orang atau lebih yang memiliki ikatan kekuatan yang lebih dalam dari sekedar relasi pertemanan. Banyak hal yang mendorong untuk terjadinya persahabatan, misalnya; adanya rasa simpati, empati. mengerti dan memahami, kasih sayang, dan suasana nyaman saat bersama.

Nilai suatu persahabatan dapat dilihat dari ketulusan hati dan kesediaan berkorban bagi orang lain. Seorang sahabat akan disebut sebagai sahabat sejati apabila ia mau mendengar dan mengerti ketika orang lain mengungkapkan perasaannya. Persahabatan sejati akan terbentuk jika di dalam persahabatan tersebut terdapat kepercayaan dan juga integritas. 
Lantas bagaimana anak-anak berbicara tentang persahabatan ?  Beriut ini beberapa puisi tulisan anak terkait persahabatan. Melalui puisi berikut, anak-anak mencoba mengungkap tentang hakikat sebuah pershabatan.  
SAHABAT
By. William
Seorang sahabat adalah seseorang yang mengerti
perasaan siapa saja ketika sedang sedih
Walaupun kadang sahabat sering berkelahi
Tetapi yang namanya sahabat tetap sahabat

Sahabat yang baik tidak mengenal adat
Agama dan juga wajahnya yang buruk
Engkau juga selalu menolong saya
Di saat kesulitan di mana saja dan kapan saja
***
SAHABAT
By. Winny

Sahabat adalah teman yang sangat aku percaya
Sahabat selalu ada saat senang maupun duka

Sahabat selalu mendengarkan ceritaku

Sahabat harus saling mempercayai


Di saat aku sedih kau ada menemaniku
Di saat aku senang kau ikut senang bersamaku

Hatiku sedih di saat kau harus pindah sekolah

Aku merasa kehilangan


Tak ada teman yang pernah kukenal sebaik kamu
Kau memang sahabat baikku

Walaupun kau jauh

Kau tetap menghubungiku dan menanyakan keadaanku

Hatiku sedih saat kutahu kau kecelakaan
Kau pergi tanpa berpamitan
Aku takkan bisa lagi menemuimu
Tapi aku dan kau tetap akan bersahabat

Sahabat yang sejati

***

SAHABATKU
By. Yansen

Engkau sahabatku
Selalu siap mendukungku
Setiap waktu menemaniku
Waktu senang maupun susah

Sahabatku
Pintumu selalu terbuka bagiku
Siap untuk berkorban
Membantuku melewati hidup ini
Rintangan yang muncul
Selalu membuatku menjadi terganggu
Tetapi engkau sahabatku
Selalu muncul untuk membantuku

Terima kasih sahabatku
Atas pengorbananmu yang engkau berikan
Atas waktu yang kau luangkan untukku
Untuk selalu membantuku menempuh kehidupan

***

SAHABATKU
By. Yohanes

Kau adalah sahabat
yang selalu menemaniku
yang selalu menghiburku
dan selalu menolongku

Sahabatku,
kaulah orang yang dapat mengetahui perasaanku
di saat aku berduka
kau menghiburku
di saat aku senang
kaupun senang

Kaulah orang
yang selalu membantu
menyelesaikan pekerjaanku
yang tidak aku mengerti
Kaulah orang
yang selalu baik padaku
melebihi teman-temanku yang lain

Sahabatku,
rasanya dunia akan hampa
jika tidak ada dirimu
tak selalu menemaniku
bila aku saat suka maupun duka

Sahabatku,
Apakah engkau tidak lelah karena selalu membantuku?
Apakah engkau tidak lelah karena aku selalu merepotkanmu?
Aku bersyukur karena mempunyai sahabat sepertimu
Terima kasih Tuhan karena Engkau berikan sahabat seperti ini
Sekali lagi terima kasih Tuhan

***

PERSAHABATAN
By. Yola

Persahabatan itu suci
yang timbul dari hati ke hati
bukan untuk saling membenci
melainkan untuk saling mengasihi

Oh, sahabat saat aku sedih
kita menangis bersama
saat aku senang
kita tertawa bersama

Ingatkah engkau akan kenangan kita
kenangan yang sangat manis
kenangan kita berdua

Sahabatku, sekarang kita berpisah
engkau di sana aku di sini
menuntut ilmu di tempat yang berbeda
tuk masa depan nanti

Kuharap kau tak melupakanku
Oh sahabat baikku

***

SAHABAT
By. Yosep

Sahabat, sekian lama tak bertemu
berapa tahun kita berpisah

Sahabat, engkau merupakan teman terbaik
yang tak akan pudar di hatiku

Engkau selalu menghiburku
dalam suka maupun duka

Dulu seakan kita itu saudara
saling membantu dalam segala sesuatu

Tetapi kini kau datang
dengan membawa sahabat baru
dan melupakan sahabat lamamu

Mengapa engkau tega meninggalkanku
bahkan melupakan sahabatmu ini
tetapi semua ini Tuhanlah yang tahu

***




Di sebuah desa di lereng perbukitan, hiduplah dua orang petani yang berkebun kopi. Keduanya tergolong berhasil dalam usahanya. Kehidupann ekonominya di atas rata-rata penduduk setempat. Tersebutlah petani kopi tersebut bernama Tarjo dan petani yang kedua bernama Manto. Meskipun secara ekonomi keduanya tidak berbeda, namun di mata penduduk setempat mereka mempunyai kesan yang jauh berbeda. Oleh penduduk setempat, Tarjo dikenal sebagai orang yang ramah, rajin dan dermawan. Setiap kali habis menuai hasil panenan kopinya, Tarjo selalu menyisihkan sebagian keuntungannya untuk dibelikan berbagai macam sembako dan kemudian dibagi-bagikan kepada warga di tempat itu. Tak jarang pula Tarjo terlibat dalam kegiatan amal dan bakti sosial di daerahnya. Tercatat namanya sebagai pengurus Masjid setempat. Lain halnya Tarjo, lain pula dengan Manto. Oleh penduduk di sekitarnya, Manto dikenal sebagai petani yang kikir, pelit dan tidak bermasyarakat. Tak banyak warga sekitarnya yang mengenal dekat dengan Manto. Manto tak pernah terlihat terlibat dalam semua jenis kegiatan sosial di tempatnya. Dia tak pernah ikut bergotong-royong, dan aktivitas sosial lainnya. Hampir semua hidupnya dicurahkan untuk kepentingan keluarga dan usahanya.

Hingga pada suatu ketika, di sore hari di pertengahan bulan Juli tahun ini. Pada bulan Juli ini biji-biji kopi yang di pohon itu, yang semula masih hijau muda mulai menguning menjelang tua. Tak lama lagi si empunya pohon bakal memanennya. Jika biji-biji kopi mulai menguning seperti ini, biasanya menarik perhatian mata musang atau luwak yang memang kesukaannya makan biji kopi. Maka tak heran jika sedang musim-musim kopi seperti ini, sebagian besar waktu Manto dihabiskannya di kebun untuk berjaga-jaga. Manto selalu menjaga pohon-pohon kopinya dari jangkauan Luwak. Tak pernah dia biarkan ada seekor Luwak pun yang akan mengambil biji kopinya, meski hanya sebutir saja. Pernah suatu ketika, seekor Luwak mencoba menerobos pagar kebun Manto, Manto tak membiarkan itu, Manto menguber Luwak tersebut. Dengan sebilah golok di tangannya Manto menebas leher sang Luwak, dan Luwak pun mati seketika. Begitu dia lakukan itu setiap kali Luwak mencoba mendekat, menerobos masuk ke kebun Manto. Entah sudah berapa ekor Luwak melayang di tangannya di musim kopi tahun ini. Sore itu, ketika Manto sedang berjaga di kebun kopinya. Manto melihat seekor Luwak sedang asyik bertengger pada sehelai batang di pohon kopi milik Tarjo. Luwak itu begitu menikmati biji demi biji kopi yang memang sudah ranum. Melihat hal itu, Manto bermaksud memberitahukan hal ini kepada Tarjo. Manto pun berteriak-teriak memanggil Tarjo. Teriakannya kencang sekali. Sampai terdengar di telinga Tarjo. Semula Tarjo tak menghiraukan teriakan itu. Hanya karena Tarjo berasa risi dengan warga yang lain saja, akhirnya Tarjo pun menyempatkan diri menuju ke tempat asal teriakan tersebut.

Dan bertanyalah Tarjo. "Ada apa Pak Manto, saya dengar Pak Manto memanggil-manggil saya?" tanya Pak Tarjo dengan sopannya. "Itu...tu..itu, Pak Tarjo lihat sendiri. Di pohon itu, ada seeokor Luwak yang sedari tadi memakan biji-biji kopi di kebun Bapak...!" jelas Manto seraya tangannya menunjuk ke arah pohon di mana Luwak itu berada. "Apakah Bapak tidak ingin mengusir binatang serakah itu...!" lanjut Manto. "Tidakkah Bapak akan dirugikan dengan ulah Luwak itu. Lihatlah Pak, Bapak bisa lihat sendiri di kebun saya. Biji-biji kopi itu masih utuh, tak satu pun tercuri oleh Luwak. Sebab saya tak pernah membiarkan seekor Luwak pun mencurinya. Siang dan malam saya menjaga kebun saya." Manto terdiam sejenak, menarik nafas panjang, kemudian lanjutnya, " Bukankah dari biji-biji kopi itu kita hidup..!" tegas Pak Manto.

Mendengar penjelasan Pak Manto, Pak Tarjo hanya bersungut-sungut saja. Dalam hati mungkin dia berfikir akan seseorang yang berdiri di depan matanya ini. Selama ini Pak Tarjo memang hanya mendengar dari pergunjingan orang tentang tabiat Pak Manto. Tapi kali ini benar-benar ia melihat dan mendengar sendiri tabiat itu dari diri Pak Manto. Ia menjadi sangat tidak percaya dan merasa sangat prihatin. Diam-diam tergeraklah hatinya untuk memberikan sesuatu yang mungkin baik bagi Pak Manto, sesuatu yang barang kali bisa menumbuhkan kesadaran diri bagi Pak Manto. Maka mendengar penuturan Pak Manto tentang Luwak di pohon kopi di kebun Pak Tarjo, berkatalah Pak Tarjo. "Pak Manto, aku tak risaukan Luwak itu memakan kopi-kopiku." Pak Manto membuka pembicaraannya. "Luwak-Luwak itu hanya menyukai kulit kopi yang sudah merah dan matang itu. Luwak tak suka dengan biji kopinya. Meskipun ia menelan biji kopi itu, tapi ia akan mengeluarkan kembali biji kopi itu, bersamaan dengan waktu ia buang kotoran." Pak Tarjo diam sejenak.

Sementara Pak Manto membelalakkan mata seolah tidak percaya dengan omongan Pak Tarjo. "Biji-biji kopi yang dibuang oleh Luwak itulah yang sebenarnya kita butuhkan, bukan biji-biji kopi yang masih menggantung di pohon yang kelihatan merah dan ranum itu. Kopi-kopi yang sepeerti itu biarlah menjadi jatah sang Luwak." Pak Manto tampak bersungut-sungut. Sementara Pak Tarjo masih terus berbicara dengan nada yang semakin datar. "Jadi, Pak Manto, buat apa kita risaukan Luwak di atas pohon kopi kita. Bukankah mereka mengambil apa yang menjadi bagian mereka. Dan mereka akan juga mengembalikan apa yang menjadi bagian kita." Pak Tarjo diam sebentar.

"Maka menurut hemat saya, sebaiknya mari kita pulang ke rumah masing-masing. Hari sudah merangangkak petang. Saya yakin, di rumah kita masing-masing anak dan istri kita lebih memerlukan perhatian kita. Daripada pohon-pohon kopi di kebun kita." Selesai berbicara demikian, Pak Tarjo menjabat tangan Pak Manto dan kemudian berlalu dari hadapan Pak Manto.

Hari di ujung rembang, matahari tak tampak lagi. Selimut malam mulai membentang di angkasa yang luas. Langkah Manto perlahan menjauh dari kebun kopi di lereng bukit itu. Ketiga anak dan istrinya telah sedari siang menunggu dia kembali.

***