"Hiiiihhhhhhhhhhhh...!" Suara itu muncul dari mulutnya. Tampak deretan gigi yang berjajar manis di sisi atas dan bawah itu saling bertemu seperti terkatup kuat-kuat. Sementara tangannya terkepal seperti hendak meninju. Tak ada yang dia tinju. Hanya angin kosong di depan muka yang ia tinju. Dia memang begitu. Ekspresi itu sering ia lakukan. Terlebih jika sedang bermasalah besar. Tapi jangan salah, bila ia berekspresi begitu, itu artinya emosi dan kemarahan telah sepenuhnya dalam kendalinya. Bila sudah demikian, aku biasa mulai mendekatnya, sekedar tahu apa yang terjadi. Sok pura-pura ingin tahu, begitu tepatnya.
"Ada apa.., kok sewot banget?" tanyaku seperti mau menyelidik.
"Tahu enggak, sebel banget gua tuh sama si BB-nya." dia mulai buka suara.
"Lha,.. Emang kenapa lagi?"
"Gak tau tuh, maunya apa tuh orang. Masak ngomong kok mencla-mencle. Esok dele sore tempe. Kemarin bilang apa-sekarang ngomong apa. Mau nyari senengnya sendiri kali. Masa jadual sudah jadi dan disepakati bareng masih saja mau diunggreh-unggreh sesuka dia. Dia pikir apaan kita? Dia gak punya tanggungan, lha kita?" sejenak dia terdiam, ditariknya nafas perlahan.
"Pasti trus perang mulut ya?"
"Pastilah."
"Tapi, pasti kamu yang menang khan?"
"Ya, iyalah."
Meski tak jelas dia bercerita tentang duduk persoalannya, tapi buatku itu cukup jelas. Bahkan sangat jelas. Benar juga dugaanku. Dia baru saja berselisih faham dengan si big bos. Pasti seputar acara yang akan kami lakukan kali ini. Ada perbedaan jadual pulang antara dia dan bos rupanya. Aku tak mau terlalu jauh masuk ke urusan itu. Yang aku tahu, dalam persilangan pendapat itu dia tampil sebagai pemenang.
Di mataku dia adalah seorang teman yang secara fisik termasuk beruntung. Tubuhnya tidak kurus dan juga tidak gemuk. Tidak tinggi tapi tidak juga pendek. Posturnya sedang. Sebuah postur yang ideal untuk ukuran tubuh wanita timur. Itulah kelebihan yang aku lihat pada dirinya. Wajahnya cantik, bulat telor dengan kulit kuning langsat. Tampak serasi sekali dengan dandanan rambut yang hitam panjang berombak itu. Penampilannya sederhana tapi bersahaja. Dia ramah, luwes dan supel dalam bergaul. Banyak teman yang merasa senang berteman dengannya.
Tapi siapa sangka, di balik penampilannya yang begitu lembut dan sederhana itu, tersimpan sebuah kemauan yang kuat. Kuat dalam berprinsip dan berpendirian. Lebih-lebih jika ia punya keyakinan akan sesuatu yang menurutnya adalah benar. Ia gigih dalam memegang kebenaran. Tak pantang menyerah demi memperjuangkan yang benar itu. Maka, tak jarang konflik kecil sampai ke yang besar sering terjadi antara dia dengan pihak lain yang berseberangan. Tentang resiko, atau akibat dari keberaniannya bersikap sepertinya tak ia hiraukan, tak diambilnya pusing.
Kali ini dia berjalan pelan, tampak di bibir tersungging senyum yang begitu manis. Membuat wajahnya semakin begitu manis. Dia tersenyum ceria, terpancar sinar kemenangan dari kedua bola matanya. Kucegat dia. Kujabat tangannya. Kemudian kuacungkan kedua jempol tanganku. "Kau hebat...!" Diam-diam aku mengaguminya.
---&&&---
0 komentar:
Post a Comment