Monday, 21 December 2015

Lembar Komunikasi Bahasa dan Sastra Indonesia
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
Jl. Dr. Sutomo 16 Yogyakarta

Disusun oleh Agustinus Suyoto, S.Pd


UNGKAPAN
Ungkapan adalah kata atau kelompok kaya yang memiliki makna kiasan, konotatif, simbolis.
Contoh :
1.      Perusahaan itu gulung tikar karena krisis ekonomi yang berkepanjangan.
2.      Paijo selalu menjadi kambing hitam di kelasnya.
3.      Lelaki setengah baya itu ternyata mata keranjang.


PERIBAHASA

Peribahasa adalah satuan gramatikal (bisa frase, klausa, atau kalimat) yang memiliki bentuk dan makna tetap.
Contoh :
1.      Bagai air di daun talas.
2.      Seperti anak ayam kehilangan induknya.
3.      Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.


MAJAS

Majas atau gaya bahasa adalah bahasa kias yang digunakan untuk mempertajam kamsud.

A.     Majas perbandingan

  1. Personifikasi, yaitu majas yang membandingkan benda yang tidak bernyawa seolah-olah dapat bertindak seperti manusia.
Contoh :
a.       Bulan menangis menyaksikan manusia saling bunuh.
b.      Daun-daun memuji angin yang telah menyapanya.
  1. Metafora, yaitu membandingkan dua hal/benda tanpa menggunakan kata penghubung.
Contoh :
a.       Bumi itu perempuan jalang.
b.      Tuhan adal;ah warga negara yang paling modern.
  1. Simile/Perumpamaan, yaitu membandingkan dua hal/benda dengan menggunakan kata penghubung.
Contoh :
a.       Wajahnya bagai bola api.
b.      Tatapannya laksana matahari.
c.       Seperti angin aku melayang kian kemari.
  1. Alegori, membandingkan hal/benda secara berkelanjutan membentuk sebuah cerita.
Contoh :
Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.

B.     Majas pertentangan

  1. Hiperbola, mempertentangkan secara berlebih-lebihan.
Contoh :
a.       Saya telah berusaha setengah mati menyelesaikan soal itu.
b.      Kekayaannya selangit.
  1. Litotes, mempertentangkaan dengan merendahkan diri.
Contoh :
a.       Kalau sempat mampirlah ke gubukku.
b.      Ah, saya ini khan cuma kacung.
  1. Ironi, mempertentangkan yang bertujuan menyindir dengan menyampaikan sesuatu yang bertentangan dengan fakta yang sebenarnya.
Contoh :
a.       Hebat betul, pertanyaan semudah itu tidak bisa kaujawab.
b.      Rajin betul, jam sepuluh baru datang!
  1. Oksimoron, mempertentangkan secara berlawanan bagian demi bagian.
Contoh :
a.       Kekalahan adalah kemenangan yang tertunda.
b.      Kesedihan adalah awal kebahagiaan.

C.     Majas pertautan

  1. Metonimia, menghubungkan ciri benda satu dengan benda lain yang disebutkan.
Contoh :
a.       Kakakku sedang membaca Pramudya Ananta Toer.
b.      Belikan aku gudang garam filter.
  1. Sinekdoke, mernyebut sebagian untuk keseluruhan (pars pro toto) atau keseluruhan untuk sebagian (totum pro part).
Contoh :
a.       SMA Stella Duce 2 Yogyakarta berhasil masuk final pertandingan basket.
b.      Roda duanya mogok.
  1. Alusio, mempertautkan hal dengan peribahasa.
Contoh :
a.       Kalau kita menggunakan sebaiknya hemat jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang.
b.      Sebaiknya kita menggunakan ilmu padi dalam kehidupan kita, semakin berisi semakin tunduk.
  1. Inversi, mengubah susunan kalimat.
Contoh :
a.       Hancurlah hatinya menyaksikan kekasihnya berpaling ke lelaki lain.
b.      Merahlah mukanya mendengar caci maki sahabat karibnya.

D.    Majas perulangan

  1. Aliterasi, mengulang bunyi konsonan yang sama.
Contoh :
a.       Malam kelam suram hatiku semakin muram.
b.      Gadis manis menangis hatinya teriris iris.
  1. Antanaklaris, memgulang kata yang sama dengan arti yang berbeda.
Contoh :
a.       Buah hatinya menjadi buah bibir tetangganya.
b.      Hatinya memintanya berhati-hati.
  1. Repetisi, mengulang-ulang kata, frase, atau klausa yang dipentingkan.
Contoh :
a.       Di Stella Duce 2 Yogyakarta ia mulai meraih prestasi, di Stella Duce 2 Yogyakarta ia menemukan tambatan hati, di Stella Duce 2 Yogyakarta pula ia menunggu hari tuanya.
b.      Tidak ada kata lain selain berjuang, berjuang, dan terus berjuang.
  1. Paralelisme, mengulang ungkapan yang sama dengan tujuan memperkuat nuansa makna.
Contoh :
a.       Sunyi itu duka, sunyi itu kudus, sunyi itu lupa, sunyi itu mati.
b.      Hidup adalah perjuangan, hidup adalah persaingan, hidup adalah kesia-siaan.

Lembar komunikasi Pelajaran Bahasa Indonesia
disusun oleh Agustinus Suyoto, S.Pd
SMA Stella Duce I Yogyakarta


I. PENGERTIAN
Berita adalah wacana yang berisi informasi tentang suatu kejadian nyata.

II. JENIS BERITA
Berdasarkan cara penyajiannya, berita jurnalistik dapat digolongkan menjadi empat, yaitu
a. berita langsung (spot nowe/hard news)
b. berita ringan (soft news)
c. berita kisah (feature)
d. laporan mendalam (indepth report)

Berita langsung
Yang dimaksud berita langsung (hard news) adalah penulisan berita di mana informasi terpenting langsung disampaikan (seawal mungkin) pada pembaca. Format ini biasanya digunakan untuk menyampaikan peristiwa penting yang sesegera mungkin perlu diketahui oleh pembaca.
Peristiwa yang disampaikan dengan format berita langsung biasanya adalah peristiwa terkini atau paling aktual atau terkini. Jika informasi peristiwa sampai ke pembaca agak lambat, nilai beritanya menjadi berkurang. Tolok ukur aktualitas dalam penulisan berita adalah media massa yang pertama kali berhasil menginformasikan suatu kejadian kepada pembaca.

Berita ringan
JIka model berita langsung lebih mengutamakan aktualitas, berita ringan tidak demikian. Berita ringan lebih mengutamakan kemenarikan suatu peristiwa. Biasanya berita ringan mengiringi berita langsung, yaitu menginformasikan sisi manusiawi dari sebuah peristiwa penting.
Berita ringan terbagi menjadi dua macam, yaitu
(a) side bar, berita ringan yang merupakan pelengkap dari berita langsung (hard news)
(b)berita ringan yang berdiri sendiri, tidak berkaitan dengan berita langsung.

Berita kisah
Yang dimaksud berita kisah adalah tulisan tentang sebuah kejadian yang dapat menyentuh perasan, menambah pengetahuan pembaca melalui penjelasan lengkap, rinci, dan mendalam. Berita kisah tidak mementingkan faktor waktu/aktualitas/kekinian, tetapi lebih mementingkan faktor kemanusiaan dan penambahan informasi.
Ada beberapa macam berita kisah.
a.      News feature, yaitu berita kisah yang ditulis berdasarkan peristiwa yang baru saja terjadi. Jadi, model ini mengombinasikan unsur penting dan unsur menarik sekaligus.
b.      Profile feature, yaitu berita kisah tentang tokoh tertentu yang dapat diteladani (bisa kesuksesannya, perjuangan hidupnya, bisa pula kegagalan hidupnya). Fokusnya biasanya adalah unsur manusiawi.
c.       How to do it feature, yaitu berita kisah tentang penjelasan bagaimana melakukan sesuatu. Petunjuk tentang perjalanan mudik bisa menjadi contoh model ini.
d.      Human interest feature, yaitu berita kisah yang menonjolkan hal-hal yang menyentuh perasaan pembaca.

Laporan mendalam
Pada dasarnya bentuk laporan mendalam sama dengan berita kisah. Perbedaannya terletak pada kandungan kemanusiaannya. JIka dalam berita kisah faktor manusiawi menjadi pertimbangan utama, laporan mendalam belum tentu memuat unsur manusiawi. Laporan mendalam lebih memfokuskan diri pada investigasi suatu peristiwa : mencari tahu secara lengkap, mendalam, dan analitis.

III. ISI BERITA
Dapat disampaikan secara singkat bahwa isi pokok berita adalah unsur-unsur informasi pokok dari sebuah peristiwa, yang meliputi
a. What (apa peristiwanya)
b. Who (siapa yang mengalami peristiwa tersebut)
c. When (kapan peristiwa terjadi)
d. Where ( di mana tempat peristiwa terjadi)
e. Why (mengapa bisa terjadi)
f. How (bagaimana kronologi  kejadiannya)

Enam pokok informasi tersebut sebenarnya disampaikan kepada pembaca bukan hanya sekali, melainkan sampai tiga kali.
 Pertama, disampaikan melalui judul berita. Judul berita merupakan intisari dari teras berita. Judul berita biasanya diambil/dirumuskan dari beberapa (dua atau tiga) unsur 5W+1H.
Kedua, disampaikan melalui teras berita. Teras berita merupakan informasi lengkap 5W+1H, terdapat pada paragraph pertama dari sebuah berita.
Ketiga, disampaikan melalui tubuh berita. Tubuh berita merupakan penjelasan lebih lengkap dari masing-masing unsur teras berita (5W+1H).

IV. NILAI SEBUAH PERISTIWA
Dapat dipastikan bahwa sebuah berita ditulis berdasarkan peristiwa nyata. Namun, tidak semua peristiwa nyata layak untuk diberitakan (ditulis oleh wartawan dan dimuat di media massa). Hali berkaitan dengan daya tarik suatu peristiwa, yang tentu pada ujungnya berkaitan dengan dibaca tidaknya sebuah media massa.

Kunci pokok kelayakan suatu peristiwa diberitakan adalah unsur penting (tidaknya) suatu peristiwa dan menarik (tidaknya) suatu peristiwa. Ada enam unsur yang dapat digunakan untuk menentukan penting dan menariknya sebuah peristiwa. Keenam unsur tersebut diurutkan dari penting (atas) ke menarik (bawah).
  1. Significance (penting), yaitu suatu kejadian yang berpotensi memengaruhi kehidupan banyak orang, yang mempunyai akibat terhadap pembaca.
  2. Timeliness (waktu), yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal yang baru terjadi, atau baru disampaikan.
  3. Magnitude (besar), yaitu suatu peristiwa yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan banyak orang.
  4. Proximity (kedekatan), yaitu peristiwa yang dekat dengan pembaca, dekat secara geografis, dapat pula dekat secara emosional.
  5. Prominence (ketenaran), yaitu peristiwa yang menyangkut hal-hal terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca.
  6. Human interest (manusiawi), yaitu peristiwa yang memberi sentuhan perasaan bagi pembaca.

Dalam rumusan yang sedikit berbeda dapat dikatakan bahwa suatu peristiwa menjadi layak untuk diberitakan jika
a.      merupakan peristiwa aktual (paling akhir terjadi)
b.      berhubungan dengan tokoh terkenal (public figure)
c.       berkaitan dengan jumlah yang besar
d.      peristiwa langka (jarang terjadi)
e.      peristiwa unik (lain dari yang lain)
f.        dekat (lokasi atau emosional) dengan pembaca
g.      ada unsur manusiawi
h.      berkaitan dengan lingkungan hidup (keberlangsungan hidup manusia)

IV. FORMAT PENULISAN BERITA
Secara umum, format penulisan sebuah karya tulis dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu format piramida tegak, format piramida terbalik, dan format bejana.

Yang dimaksud format piramida tegak adalah format penulisan di mana informasinya diurutkan dari informasi yang paling tidak penting menuju informasi yang paling penting. Format penulisan ini biasanya dipakai dalam menulis karya sastra. Tujuan penulisan dengan format ini adalah mengikat perhatian pembaca selama mungkin, jika perlu sampai akhir tulisan.

Yang dimaksud format bejana adalah format penulisan di mana komposisi panjang tulisan memberikan porsi lebih banyak pada bagian isi tulisan. Format ini biasa dipakai dalam menulis laporan penelitian dan karya ilmiah. Bagian pendahuluan, landasan teori, dan metodologi penelitian seharusnya lebih pendek bila dibandingkan dengan bagian pembahasan. Demikian pula bagian kesimpulan seharusnya lebih pendek dari bagian lainnya.

Yang dimaksud format piramida terbalik adalah format penulisan di mana informasi diurutkan mulai dari yang paling penting menuju informasi yang paling tidak penting. Tujuan penulisan dengan format ini adalah memberikan informasi selengkap mungkin secepat-cepatnya. Jadi, format ini tidak “memaksa”pembaca untuk setia membaca tulisan sampai paragraph terakhir, bergantung pada ketersediaan waktu para pembaca.

Ada beberapa alasan dipilihnya format piramida terbalik dalam penulisan berita (terutama berita hard news) yaitu,
  1. Memudahkan penulis berita (wartawan) dalam melaporkan liputannya sesuai dengan kecepatan pemerolehan informasi dari suatu peristiwa. Pertama kali hanya mencari informasi pokok (5W+1H), selanjutnya baru mencari informasi lebih dalam lagi, dan seterusnya. Setiap informasi yang diperoleh dapat langsung dilaporan tanpa mengurangi isi informasi yang diinginkan oleh pembaca.
  2. Memudahkan editor dalam mengedit/menyeleksi naskah. Dengan format ini dimungkinkan bagi seorang editor untuk memotong/mengurangi panjang tulisan hanya dengan menghapus paragraph-paragraf tertentu (dari akhir tulisan menuju awal tulisan) sesuai dengan penting tidaknya sebuah berita.
  3. Memudahkan penata letak (artistic) dalam mengatur letak naskah. Penata letak dapat memotong tulisan dan melanjutkannya ke halaman bersambung secara sembarangan tanpa mengubah isi naskah.


Daftar Pustaka
Siregar, Ashadi. Dkk. 1998. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa. Yogyakarta : Kanisius.
May Lan. 2002. Pers, Negara, dan Perempuan :Refleksi atas Praktik Jurnalisme Gender pada Masa Orde Baru. Yogyakarta : Kalika

Ini kali pertama anakku gak mau pulang
Sudah bolak-balik aku mencoba menjemputnya
Telah beberapa cara kucoba meranyunya
Tapi ia ngotot gak mau pulang juga
Ia ngotot bermalam di rumah pengasuhnya
Aku kehabisan akal
Tak tahu lagi gimana cara mengajaknya pulang
Sedang untuk memaksa aku tak tega
Takut kena pasal kekerasan dalam keluarga
Akhirnya kumengalah juga
Kubiarkan malam ini dia di sana

Sempat kubertanya padanya
Mengapa pengen tidur di sana
Dengan polosnya dia berkata
Atha mau tidur sama dede
Kan di rumah ada dede juga kataku
Atha mau dede beneran bukan dede boneka
Katanya polos dan jujur
Terdengar jelas di telingaku
Mungkin dia berasa sepi
Bila di rumah cuma sendiri
Bermain hanya dengan boneka

Dalam hati kuberkata
Biarkan kumenjadi dedemu anakku
Bila itu memang kamu mau
Asalkan aku selalu bersamamu
Tidak seperti malam ini

***






Sunday, 20 December 2015


Di sepanjang jalan yang kian tajam nan terjal
Kucari jejak kakimu yang kian menyamar
Dan tangan kasihmu
Menuntunku sampai ke tujuan

Oh, kekasih jiwaku
Hanya padamu malam ini
Kuserahkan hidup dan penghidupanku

Dalam redup cahya lilin
Di tengah pekatnya malam
Yang kian sepi dan sunyi

***

Gerimis pagi
menahan mentari menyinari muka bumi 
lelap dalam dekap dinginnya pagi
Burung-burung pun enggan terbang
lelap dalam sangkar madu
Ingin kuikat pagi
dan kutambat di pucuk-pucuk perdu
biar  pagi ini tak berlari dariku
kutahu pagi ini milikku

***