Sunday, 21 February 2016

Menyemarakkan tahun baru Imlek 2567 yang menandakan pergantian tahun kambing kayu ke tahun monyet api yang jatuh tepat tanggal  8 Februari 2016 yang lalu, OSIS SMP Tarakanita 2 bekerja sama dengan FKKSKM Sinar Kasih SMP Tarakanita 2 Jakarta, Jumat, 19 Februari 2016  menggelar berbagai kegiatan perlombaan yang dikemas dalam GONG XI FA COI 2567.

Kegiatan yang dipusatkan di Pendopo sekolah ini menampilkan beberapa perlombaan bernuansa imlek seperti menghias makanan bernuansa imlek, membuat lampion, lipsing, dan fashion show. Dalam perlombaan tersebut melibatkan seluruh kelas yang ada. Tiap-tiap kelas diminta mewakilkan masing-masing 1 peserta solo dan 1 pasangan duet untuk berlipsing sesuai dengan iringan musik dan lagu pilihan masing-masing. Sedangkan untuk pembuatan lampion masing-masing kelas diminta mewakilkan 5 orang peserta untuk berlomba membuat lampion dengan alat dan bahan disediakan kelas. Demikian juga untuk lomba menghidangkan makanan bernuansa imlek. Dari masing-masing jenis lomba ini nantinya akan dinilai oleh juri dan diambil masing-masing tiga peringkat juara 1, 2, dan juara 3. Mereka yang tampil sebagai juara akan mendapatkan bingkisan dari OSIS.

Menurut sumber, tahun monyet api diyakini akan memberikan keuntungan yang besar bagi mereka yang bershio ini.  Monyet melambangkan sesuatu yang aktif, dinamis dan senantiasa bergerak. Sedangkan api melambangkan sesuatu yang membara, semangat tetapi tetap harus berhati-hati dan waspada. Dengan demikian, di tahun ini hendaknya kita berkerja dengan penuh bersemangat dengan harapan kesuksesan nantinya akan dapat teraih.

Mengahkiri rangkaian perayaan imlek kali ini, seluruh siswa dilibatkan dalam game mencari angpao yang telah disiapkan dan diletakkan di sejumlah titik di lingkungan sekolah. Seusai mereka mencari angpao,  atraksi barongsai pun dipertunjukkan kepada mereka di halaman utama Sekolah Tarakanita. Terlihat para siswa dengan antusias menyaksikan pertunjukan tersebut.

***

Tuesday, 16 February 2016

Kesibukan yang luar biasa mulai terlihat sampai ke sudut-sudut sekolah menjelanng hari H pelaksanaan Tarki-Cup VI SMP Tarakanita 2 Jakarta tahun 2015-2016. Terlihat beberapa anak sibuk dengan persiapan pembuatan propertis yang diperlukan dalam ajang Tarq-Cup VI. Beberapa siswa yang lain, terlihat masih membangun komunikasi dengan pihak-pihak yang akan menjadi sponsorship kegiatan. Sementara, di sekitar lapangan utama sekolah, di mana nantinya di gelar Cup tersebut sudah mulai  berdiri tenda-tenda untuk stand sponsor. Kurang lebih 16 unit stand tenda berukuran  4 meter persegi telah habis tersewa. Mayoritas penyewa stand nantinya akan menyediakan berbagai keperluan aneka makanan ringan dan minuman segar.

Seperti pelaksanaan Tarqi-Cup yang sudah-sudah, Tarq- Cup VI ini diirencanakan dilaksanakan selama 5 hari mulai tanggal 29 Februari sampai dengan 4 Maret 2016 dari pukul 10.00 WIB-16.00 WIB. Untuk memeriahkan Tarq Cup VI ini, panitia mengundang dan berharap partisipasi dari sejumlah sekolah tingkat SD maupun SMP   baik negeri maupun swasta di sekitar sekolah. Mereka diharapkan berpartisipasi dalamn berbagai jenis perlombaan yang ada, di antaranya  lomba mewarnai tingkat SD. lomba tari tradisional tingkat SD, lomba melukis tingkat SD. Matematika, Modern Dance tingkat SMP, Speeling Bee tingkat SMP, Basket Putra dan Putri tingkat SMP dan Futsal Putra tingkat SMP. Nantinya, panitia bekerja sama dengan sponsor menyediakan piala dan sejumlah uang pembinaan untuk masing-masing pemenang dari setiap jenis lomba tersebut.

Sebagai kegiatan awal Tarq-Cup VI ini, direncanakan akan digelar Tecnical Meeting pada hari Kamis, 18 Februari 2016 bertempat di SMP Tarakanita 2 pukul 13.00 WIB sampai selesai. Sampai detik ini panitia masih berharap peran serta dari pihak-pihak terkait.

****





Saturday, 13 February 2016

Bertujuan meletakkan dasar-dasar karakter yang berbelas kasih dan berpengampunan terhadap sesamapada setiap anggota komunitas sekolah, SMP Tarakanita 2 Jakarta menggelar kegiatan rekoleksi siswa.Rekoleksi siswa yang bertempat di Aula SMA Tarakanita 2 Jakarta, Sabtu, 13 Februari 2016, kali ini dikhususkan bagi siswa SMP Tarakanita 2 kelas VII Tahun Ajaran 2015-2016. Rekoleksi siswa kali ini mengangkat tema “Membangun Budaya Kasih dan Berpengampunan.”

“Selamat Pagi….!” sapa Sr. Christine, CB dengan penuh semangat di depan sejumlah siswa peserta rekoleksi. “Semangat Pagi….!” sahut sekitar 95 peserta rekoleksi secara serempak. Di awal acara rekoleksi, secara bergantian Sr. Christine, CB dan Sr. Widya, CB selaku pendamping rekoleksi memaparkan apa yang menjadi tujuan rekoleksi. Selain itu, suster berupaya membangun minat agar peserta rekoleksi dapat secara antusias dan bersungguh-sungguh mengikuti rekoleksi dari awal sampai selesai.

Di sesi pertama acara, di hadapan siswa ditayangkan beberapa video yang menggambarkan perbuatan kasih terhadap sesama. Selanjutnya siswa diminta memberikan sharing pendapat tentang tayangan video tersebut. Dalam sesi pertama ini, Sr. Christine melontarkan sebuah pertanyaan pembuka “Siapakah yang pernah jatuh cinta dan bagaimana rasanya jatuh cinta? Tentu, sebuah pertanyaan yang mungkin tidak diduga sebelumnya oleh peserta rekoleksi. Atas pertanyaan tersebut, muncul berbagai jawaban. Sebagian besar siswa merasa senang ketika dicintai, merasa bahagia bahkan berbunga-bunga, sebagian lagi menyatakan biasa-biasa saja. Sebagian yang lain justru merasakan sakit hati ketika berbicara cinta. “Menilik begitu beragamnya akibat cinta, menurut saya cinta itu sesuatu yang romantis, sedikit-dikit ingin menangis,” celoteh salah satu peserta rekoleksi di akhir sesi. Lagu Making Melody terdengar mengalun mengajak peserta rekoleksi untuk berdendang bersama sebagai wujud saling perhatian satu dengan yang lainnya.

Pada sesi kedua, dinamika rekoleksi berbeda 
dengan sesi sebelumnya. Dikemas dalam bentuk diskusi kelompok, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Di dalam kelompok-kelompok tersebut kemudian peserta saling bertukar pendapat, sharing pengalaman tentang Cc-5. Tentang apa itu Cc-5 dan bagaimana sejauh ini implementasinya di dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkup sekolah, keluarga ataupun masyarakat pada umumnya. Cc-5 adalah semangat dasar yang dihidupi oleh segenap kominitas sekolah, yang meliputi Compassion, Celebration, Conviction, Creativity, Competence, dan Community. Masih di sesi ini, kembali suster menegaskan kepada para peserta tentang hakikat mencintai dan dicintai. Kita diciptakan ke dunia dengan cinta. Kita dicintai oleh teman, sahabat, orang tua, guru, bahkan Tuhan sendiri menciptakan kita karena Tuhan mencintai kita. Sayangnya, hal yang kita sering lupakan dalam hidup ini adalah tidak adanya kesadaran dalam diri sendiri bahwa kita itu dicintai. Sering kali, kita tidak menyadari jika kita diberi kesempatan untuk hidup. Tanpa disadari, kita tidak pernah juga mensyukuri atas kesempatan itu. Akibatnya, ketidakadaan kesadaran tersebut membuat kita tidak pernah memiliki sikap menghargai dan menghormati kesempatan dan justru bertindak sesuka hati kita. Namun demikian, karena cinta Tuhan itu cinta tanpa syarat, Tuhan tetap mencintai kita. Lantas, apa yang seharusnya kita lakukan jika demikian? Menyadari diri dan menjalani pengampunan adalah hal yang perlu dilakukan sebagai bentuk penyesalan atas tindakan-tindakan kita yang tidak bisa mensyukuri cinta tersebut. Di akhir sesi ini, suster membawa peserta rekoleksi ke alam permenungan untuk merenungkan Sabda Tuhan melalui perumpamaan “Anak yang Hilang” Di kisahkan ada tiga pribadi, anak sulung , anak bungsu dan seorang bapak yang murah hati. Melalui perumpamaan tersebut, sebenarnya Tuhan ingin mewartakan kepada kita bahwa Tuhan itu sungguh murah hati. Di akhir sesi ini suster mengajak peserta rekoleksi untuk sejenak merenungkan bagaimana karena cinta tersebut kita diciptakan Tuhan melalui perantaraan kedua orang tua kita.

Di sesi ketiga, Suster mengajak peserta rekoleksi untuk merealisasikan tindakan kasih kita terhadap orang tua, teman, sahabat maupun orang lain. Dalam sesi ini diperkenalkan beberapa tindakan yang mencerminkan sikap kasih terhadap sesama, meliputi saling menyapa, memberikan perhatian, saling berbagi, saling menolong, menghargai, memahami, dan memaafkan. Dalam keseharian, kita hidup bersama dengan orang lain. Saat berkomunikasi dengan orang lain tersebut, disadari atapun tidak, tak jarang kita telah berbuat salah terhadap orang lain. Sebaliknya, orang lain pun dapat juga berbuat salah terhadap kita. Dalam kondisi demikian, baik kita yang bertindak atau dikenai tindakan salah tersebut hendaknya harus maaf-memaafkan. “Tak baik saling memendam rasa salah dan amarah” tegas Suster.

Tepat pukul 12.00 WIB, acara rekoleksi memasuki sesi akhir. Dalam sesi ini suster kembali mengajak peserta untuk merefleksikan materi rekoleksi untuk kemudian menuangkannya dalam bentuk surat kasih untuk kedua orang tua. Terlihat para peserta dengan penuh suka dan cita menulis surat tersebut dengan iringan “Lagu Untuk Mama.” Direncanakan, surat kasih tersebut nantinya akan disampaikan kepada orang tua masing-masing peserta bersamaan dengan penerimaan Rapor Mid Semester GenapTahun Ajaran 2015-2016 ini.

***

Tuesday, 9 February 2016

“Lebih baik satu jam di pelataran Tuhan daripada berlama-lama di tempat lain,” demikian kata-kata penutup yang dilontakan oleh Romo Agus dalam perayaan Misa Kudus yang digelar di Aula SMA Tarakanita 2 Jakarta sebagai misa penutup atas serangkaian kegiatan Rekoleksi Bersama Guru Karyawan Tarakanita Blok Pluit Tahun Pelajaran 2015-2016. 

Dalam khotbahnya, Romo menyampaikan perihal kasih Allah. Kasih Allah sesungguhnya teramat besar dan begitu indah, maka sudah seharusnyalah kita berusaha untuk berani menghampirinya. Kasih memanglah indah, ia begitu sabar, lemah lembut, murah hati dan setia serta memaafkan. Indah dan mudah nampaknya bila sebatas diucapkan saja. Sebab, sesungguhnyalah kasih Itu teramat sulit untuk dipraktikkan. Bahkan, melalui teladan yang Tuhan sendiri berikan dengan merelakan nyawaNya sendiri demi sahabat-sahabaNya, kita diingatkan bahwa untuk berbuat sabar sangatlah susah.

Dalam khotbahnya, Romo memberikan ilustrasi tentang suasana kerja yang jauh dari suasana kasih. Dalam situasi yang demikian, hendaknya kita tidak menghojat atau bertindak yang dapat memperkeruh keadaan. Semestinya justru kita diharapkan bisa bersikap sabar dan mendalam. Terhadap situasi lain yang jauh dari suasana kasih, misalnya suasana teror bom, tindak anarkis dan ketidakadilan lainnya, tentu berbuat kasih merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan. Tetapi bukan tidak mungkin untuk dilakukan. “Dalam situasi demikan, yang kita perlukan adalah keberanian untuk berkorban, dan untuk dapat berkorban, yang kita buuhkan adalah kebesaran hati. Semoga kita semakin dikuatkan untuk berbuat kasih,” pungkas Romo menguatkan. Lantas bagaimanakah kontribusi nyata kita dalam bertindak atas kasih tersebut?
Melalui Rekoleksi bersama di Aula SMA Tarakanita 2 Jakarta yang diikuti sekitar 120 peserta rekoleksi terdiri dari Unit KB-TK-SD-SMP-dan SMA Tarakanita Blok Pluit, dengan dipandu Kilam dkk sebagai Tim Motivator yang tergabung dalam Tyas Milisioner Study (TMS), segenap karyawan diharapkan mampu membangun persaudaraan berdasarkan sebuah karakter. Karakter tersebut terbentuk dari suatu kebiasaan baik dari serangkaian tindakan sebagai hasil pemikiran kita terhadap segala apa yang kita dengar, rasakan dan lihat di lingkungan sekitar kita. Melalui karakter baik yang secara bersama dibangun oleh segenap karyawan itulah nantinya nasib blok akan ditentukan.

Agar setiap karyawan memilii karakter bertindak atas dasar kasih, disarankan agar setiap karyawan membiasakan bertindak dan berbuat yang dapat mencerminkan dan menumbuhkembangkan sikap kasih tersebut dengan melakukan hal-hal yang sederhana, misalnya dengan saling memberikan pujian atas pekerjaan dan hasil kerja teman atau pun siswa, saling memberikan salam dan berjabat tangaan di saat bertemu, saling melayani dan bantu-membantu, memberikan penghargaan dan menyediakan waktu yang berkualitas sebagai sebuah bentuk totalitas perhatian. Dengan membiasakan diri bertindak sesuai dengan lima sikap dasar perwujudan kasih ini, diharapkan semakin terbangun budaya kasih di lingkungan sekolah, baik dalam diri karyawan ataupun peserta didik.

***


Wednesday, 3 February 2016



Beberapa waktu yang lalu, kalian telah secara bersama-sama belajar menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam.  Ketika itu ada di antara kalian yang mengungkapkan tentang keindahan alam di lingkungan sekitar sekolah, ada juga yang mengangkat  tentang keindahan di tempat-tempat lain, misalnya pegunungan, persawahan, danau, maupun pantai. Bagaimana kesan kalian? Menyenangkan bukan…! Masih terkait dengan kegiatan menulis puisi, pada kegiatan belajar kali ini kalian diajak kembali menulis puisi.  Tema puisi yang akan kita angkat kali ini adalah seputar kejadian atau peristiwa yang pernah kita alami.

Di dalam kehidupan sehari-hari banyak peristiwa yang kita alami. Ada peristiwa suka, duka, sedih, gembira, dam masih banyak lagi. Mungkin kalian terkesan dengan satu peristiwa yang pernah kalian alami. Entah peristiwa yang sudah lama sekali terjadi atau justru peristiwa tersebut baru saja kalian alami. Kesan yang mucul bisa saja kesan yang membahagiakan ataupun sebaliknya. Terlepas bagaimana kesan kalian terhadap peristiwa tersebut, kalian dapat menjadikan peristiwa-peristiwa tersebut sebagai bahan atau ide penulisan puisi.

Sebagaimana pada kegiatan penulisan puisi sebelumnya, dalam penulisan puisi kali ini kalian tetap harus memperhatikan pemilihan kata yang tepat dan rima yang menarik. Rima merupakan pengulangan bunyi bersajak baik dalam larik-larik puisi ataupun pada akhir baris-baris puisi yang berdekatan. Rima yang kalian bangun bisa berupa asonansi, aliterasi ataupun sajak mutlak. Selain itu, kata-kata yang kalian pilih hendaknya mampu membangkitkan imajinasi pembaca sehingga pembaca merasa seolah-olah melihat, mendengar, merasakan dan bahkan mengalami sendiri apa yang kalian ungkapkan di dalam puisi karyamu.

Untuk melihat hasil selengkapnya puisi-puisi kalian, lebih lanjut ikutilah link berikut ini… menulis pusi berdasarkan peristiwa yang pernah dialami….!