Bertujuan meletakkan dasar-dasar karakter yang berbelas kasih dan berpengampunan terhadap sesamapada setiap anggota komunitas sekolah, SMP Tarakanita 2 Jakarta menggelar kegiatan rekoleksi siswa.Rekoleksi siswa yang bertempat di Aula SMA Tarakanita 2 Jakarta, Sabtu, 13 Februari 2016, kali ini dikhususkan bagi siswa SMP Tarakanita 2 kelas VII Tahun Ajaran 2015-2016. Rekoleksi siswa kali ini mengangkat tema “Membangun Budaya Kasih dan Berpengampunan.”
“Selamat Pagi….!” sapa Sr. Christine, CB dengan penuh semangat di depan sejumlah siswa peserta rekoleksi. “Semangat Pagi….!” sahut sekitar 95 peserta rekoleksi secara serempak. Di awal acara rekoleksi, secara bergantian Sr. Christine, CB dan Sr. Widya, CB selaku pendamping rekoleksi memaparkan apa yang menjadi tujuan rekoleksi. Selain itu, suster berupaya membangun minat agar peserta rekoleksi dapat secara antusias dan bersungguh-sungguh mengikuti rekoleksi dari awal sampai selesai.
Di sesi pertama acara, di hadapan siswa ditayangkan beberapa video yang menggambarkan perbuatan kasih terhadap sesama. Selanjutnya siswa diminta memberikan sharing pendapat tentang tayangan video tersebut. Dalam sesi pertama ini, Sr. Christine melontarkan sebuah pertanyaan pembuka “Siapakah yang pernah jatuh cinta dan bagaimana rasanya jatuh cinta? Tentu, sebuah pertanyaan yang mungkin tidak diduga sebelumnya oleh peserta rekoleksi. Atas pertanyaan tersebut, muncul berbagai jawaban. Sebagian besar siswa merasa senang ketika dicintai, merasa bahagia bahkan berbunga-bunga, sebagian lagi menyatakan biasa-biasa saja. Sebagian yang lain justru merasakan sakit hati ketika berbicara cinta. “Menilik begitu beragamnya akibat cinta, menurut saya cinta itu sesuatu yang romantis, sedikit-dikit ingin menangis,” celoteh salah satu peserta rekoleksi di akhir sesi. Lagu Making Melody terdengar mengalun mengajak peserta rekoleksi untuk berdendang bersama sebagai wujud saling perhatian satu dengan yang lainnya.
Pada sesi kedua, dinamika rekoleksi berbeda
dengan sesi sebelumnya. Dikemas dalam bentuk diskusi kelompok, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Di dalam kelompok-kelompok tersebut kemudian peserta saling bertukar pendapat, sharing pengalaman tentang Cc-5. Tentang apa itu Cc-5 dan bagaimana sejauh ini implementasinya di dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkup sekolah, keluarga ataupun masyarakat pada umumnya. Cc-5 adalah semangat dasar yang dihidupi oleh segenap kominitas sekolah, yang meliputi Compassion, Celebration, Conviction, Creativity, Competence, dan Community. Masih di sesi ini, kembali suster menegaskan kepada para peserta tentang hakikat mencintai dan dicintai. Kita diciptakan ke dunia dengan cinta. Kita dicintai oleh teman, sahabat, orang tua, guru, bahkan Tuhan sendiri menciptakan kita karena Tuhan mencintai kita. Sayangnya, hal yang kita sering lupakan dalam hidup ini adalah tidak adanya kesadaran dalam diri sendiri bahwa kita itu dicintai. Sering kali, kita tidak menyadari jika kita diberi kesempatan untuk hidup. Tanpa disadari, kita tidak pernah juga mensyukuri atas kesempatan itu. Akibatnya, ketidakadaan kesadaran tersebut membuat kita tidak pernah memiliki sikap menghargai dan menghormati kesempatan dan justru bertindak sesuka hati kita. Namun demikian, karena cinta Tuhan itu cinta tanpa syarat, Tuhan tetap mencintai kita. Lantas, apa yang seharusnya kita lakukan jika demikian? Menyadari diri dan menjalani pengampunan adalah hal yang perlu dilakukan sebagai bentuk penyesalan atas tindakan-tindakan kita yang tidak bisa mensyukuri cinta tersebut. Di akhir sesi ini, suster membawa peserta rekoleksi ke alam permenungan untuk merenungkan Sabda Tuhan melalui perumpamaan “Anak yang Hilang” Di kisahkan ada tiga pribadi, anak sulung , anak bungsu dan seorang bapak yang murah hati. Melalui perumpamaan tersebut, sebenarnya Tuhan ingin mewartakan kepada kita bahwa Tuhan itu sungguh murah hati. Di akhir sesi ini suster mengajak peserta rekoleksi untuk sejenak merenungkan bagaimana karena cinta tersebut kita diciptakan Tuhan melalui perantaraan kedua orang tua kita.
Di sesi ketiga, Suster mengajak peserta rekoleksi untuk merealisasikan tindakan kasih kita terhadap orang tua, teman, sahabat maupun orang lain. Dalam sesi ini diperkenalkan beberapa tindakan yang mencerminkan sikap kasih terhadap sesama, meliputi saling menyapa, memberikan perhatian, saling berbagi, saling menolong, menghargai, memahami, dan memaafkan. Dalam keseharian, kita hidup bersama dengan orang lain. Saat berkomunikasi dengan orang lain tersebut, disadari atapun tidak, tak jarang kita telah berbuat salah terhadap orang lain. Sebaliknya, orang lain pun dapat juga berbuat salah terhadap kita. Dalam kondisi demikian, baik kita yang bertindak atau dikenai tindakan salah tersebut hendaknya harus maaf-memaafkan. “Tak baik saling memendam rasa salah dan amarah” tegas Suster.
Tepat pukul 12.00 WIB, acara rekoleksi memasuki sesi akhir. Dalam sesi ini suster kembali mengajak peserta untuk merefleksikan materi rekoleksi untuk kemudian menuangkannya dalam bentuk surat kasih untuk kedua orang tua. Terlihat para peserta dengan penuh suka dan cita menulis surat tersebut dengan iringan “Lagu Untuk Mama.” Direncanakan, surat kasih tersebut nantinya akan disampaikan kepada orang tua masing-masing peserta bersamaan dengan penerimaan Rapor Mid Semester GenapTahun Ajaran 2015-2016 ini.
***
Wow keren.....!
ReplyDelete