“Lebih baik satu jam di pelataran Tuhan daripada berlama-lama di tempat lain,” demikian kata-kata penutup yang dilontakan oleh Romo Agus dalam perayaan Misa Kudus yang digelar di Aula SMA Tarakanita 2 Jakarta sebagai misa penutup atas serangkaian kegiatan Rekoleksi Bersama Guru Karyawan Tarakanita Blok Pluit Tahun Pelajaran 2015-2016.
Dalam khotbahnya, Romo menyampaikan perihal kasih Allah. Kasih Allah sesungguhnya teramat besar dan begitu indah, maka sudah seharusnyalah kita berusaha untuk berani menghampirinya. Kasih memanglah indah, ia begitu sabar, lemah lembut, murah hati dan setia serta memaafkan. Indah dan mudah nampaknya bila sebatas diucapkan saja. Sebab, sesungguhnyalah kasih Itu teramat sulit untuk dipraktikkan. Bahkan, melalui teladan yang Tuhan sendiri berikan dengan merelakan nyawaNya sendiri demi sahabat-sahabaNya, kita diingatkan bahwa untuk berbuat sabar sangatlah susah.
Dalam khotbahnya, Romo memberikan ilustrasi tentang suasana kerja yang jauh dari suasana kasih. Dalam situasi yang demikian, hendaknya kita tidak menghojat atau bertindak yang dapat memperkeruh keadaan. Semestinya justru kita diharapkan bisa bersikap sabar dan mendalam. Terhadap situasi lain yang jauh dari suasana kasih, misalnya suasana teror bom, tindak anarkis dan ketidakadilan lainnya, tentu berbuat kasih merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan. Tetapi bukan tidak mungkin untuk dilakukan. “Dalam situasi demikan, yang kita perlukan adalah keberanian untuk berkorban, dan untuk dapat berkorban, yang kita buuhkan adalah kebesaran hati. Semoga kita semakin dikuatkan untuk berbuat kasih,” pungkas Romo menguatkan. Lantas bagaimanakah kontribusi nyata kita dalam bertindak atas kasih tersebut?
Melalui Rekoleksi bersama di Aula SMA Tarakanita 2 Jakarta yang diikuti sekitar 120 peserta rekoleksi terdiri dari Unit KB-TK-SD-SMP-dan SMA Tarakanita Blok Pluit, dengan dipandu Kilam dkk sebagai Tim Motivator yang tergabung dalam Tyas Milisioner Study (TMS), segenap karyawan diharapkan mampu membangun persaudaraan berdasarkan sebuah karakter. Karakter tersebut terbentuk dari suatu kebiasaan baik dari serangkaian tindakan sebagai hasil pemikiran kita terhadap segala apa yang kita dengar, rasakan dan lihat di lingkungan sekitar kita. Melalui karakter baik yang secara bersama dibangun oleh segenap karyawan itulah nantinya nasib blok akan ditentukan.
Agar setiap karyawan memilii karakter bertindak atas dasar kasih, disarankan agar setiap karyawan membiasakan bertindak dan berbuat yang dapat mencerminkan dan menumbuhkembangkan sikap kasih tersebut dengan melakukan hal-hal yang sederhana, misalnya dengan saling memberikan pujian atas pekerjaan dan hasil kerja teman atau pun siswa, saling memberikan salam dan berjabat tangaan di saat bertemu, saling melayani dan bantu-membantu, memberikan penghargaan dan menyediakan waktu yang berkualitas sebagai sebuah bentuk totalitas perhatian. Dengan membiasakan diri bertindak sesuai dengan lima sikap dasar perwujudan kasih ini, diharapkan semakin terbangun budaya kasih di lingkungan sekolah, baik dalam diri karyawan ataupun peserta didik.
***
0 komentar:
Post a Comment