Seandainya, Anda adalah seorang
guru, bisa jadi Anda akan serta merta merasa tersanjung dan barang kali bahkan merasa
bangga dibilang sebagai orang yang telah berjasa, setidaknya bagi Bapak Petugas
tersebut. Tapi, tidak bagi saya pribadi yang saat itu memang sedang berbincang
dengan Sang Petugas tersebut, ketika saya sedang terkena razia saat berkendara
sepeda motor dan kedapatan Surat Izin Mengemudi saya telah kadaluwarsa. Dengan
nada halus dan penuh rasa hormat, Bapak Petugas pun kemudian menepuk bahu saya
dan melanjutkan berbicara,”Saya yakin, Bapak tahu bahwa untuk berkendara sepeda
motor mesti dilengkapi dengan Surat Izin Mengemudi, saya lihat SIM Bapak sudah
lama mati, Silakan Bapak luangkan waku untuk datang ke Kantor Pelayanan SIM
terdekat dan minta untuk dibuatkan SIM baru, tidak susah kok Pak untuk mengurus
perpanjangan SIM selama sesuai prosedur yang benar!” “Baik Pak, terima kasih,”
ucap saya diliputi rasa malu seraya melanjutkan perjalanan dan meninggalkan
Bapak Petugas yang menurut saya begitu baik dan perhatian terhadap nasib
seorang guru, setidaknya nasib seorang guru seperti saya Guru Swasta” Guru yang
Selalu Was-Was Semata.
Ironis
sekali barangkali apa yang saya ceritakan di atas, lebih-lebih jika dikaitkan
dengan posisi saya sebagai guru, guru yang sesungguhnya dianggap sebagai sosok
yang selalu digugu dan ditiru, tetapi kedapatan tidak memiliki Surat Izin
Megemudi yang masih berlaku saat berkendara di jalan. Sungguh suatu hal yang
sesungguhnya sangat memalukan bukan?. Namun, tentu saja hal seperti ini terjadi
bukan sebagai suatu kesengajaan.
Kesibukan
sebagai seorang guru yang harus bangun pagi-pagi benar sebelum ayam berkokok
dan kemudian bergegas ke tempat tugas, bergelut dengan buku-buku, berinteraksi
dengan puluhan hingga ratusan siswa, seabrek pekerjaan siswa yang menuntut
untuk dikoreksi, belum lagi ditambah dengan melengkapi administrasi pembelajaran,
adalah rutinitas yang harus dihadapi oleh seorang guru setiap hari selama lima
hari dalam seminggu sampai hari menjelang sore lalu pulang sampai rumah selepas
senja. Rutinitas yang seperti inilah yang tak jarang menyududtkan guru untuk
mau tidak mau sedikit melupakan hal-hal di luar tugas sebagai guru dengan
alasan ketidaktersediaan waktu lagi. Inilah potret situasi yang sering dihadapi
oleh guru yang karena kondisi harus berdomisili jauh dari tempat kerja, sebab
untuk beroleh hunian di sekitar tempat kerja adalah sesuatu yang sulit terjangkau
oleh sebagian besar mereka yang
berprofesi sebagai guru. Tentu terkait dengan kondisi perekonomian dan guru
pada umumnya. Sebab, pada realitanya kehidupan para guru masih banyak yang jauh
dari layak.
Tidak
heran, jika dalam peringatan hari guru yang jatuh pada tanggal 25 November ini upaya peningkatan kesejahteraan guru
masih saja menjadi isu klasik yang akan senantiasa dan terus-menerus bergulir
sepanjang masa di setiap peringatan hari guru. Sering kita mendengar kabar tentang
akan diangkatnya para guru honorer menjadi pegawai tetap pemerintah. Namun
kenyataannya, hal ini lebih banyak menjadi angin segar semata sebab di sisi
lain ketidaktersediaan dana APBN menjadikan pemerintah tidak memungkinkan untuk
pengangkatan pegawai honorer tersebut.
Niat
baik pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru melalui pemberian
tunjangan profesi bagi guru-guru yang telah memiliki Sertifikat sebagai
Pendidik, nampaknya belum sepenuhnya membantu. Banyak guru yang sebenarnya
memegang sertifikat pendidik namun tidak bisa mendapatkan Tunjangan Profesi
ini. Hal ini disebabkan karena guru-guru yang telah bersertifikasi tersebut
tidak dapat memenuhi kriteria pemenuhan jam wajib mengajar minimal guru pada periode penerimaan tunjangan yang
sedang berjalan. Dan semakin hari, kondisi ini kian terasakan oleh banyak guru
yang secara kebetulan berkiprah di sekolah-sekolah swasta. Yang karena kian
maraknya persaingan di dunia pendidikan meski terhambat dalam hal perolehan
siswa.
Sementara
itu, lepas dari itu semua, seyogyanya dengan peringatan hari guru yang jatuh
setiap tanggal 25 November ini, semoga guru tidak akan mengenal kata lelah
apalagi memutuskan untuk berhenti berkarya dalam mendidik dan mencerdaskan
generasi penerus bangsa. Apapun yang terjdi tetap siap dan siaga untuk memikul tanggung
jawab dalam menyiapkan generasi muda
Indonesia agar mampu bersaing dengan bangsa lain.
Semoga….
Selamat Hari Guru !
0 komentar:
Post a Comment