Wednesday, 25 November 2015


“Saya bisa jadi seperti ini juga karena jerih payah dan jasa dari guru-guru, termasuk Bapak tentunya, yang dalam pemahaman saya, Bapak juga adalah seorang guru, setidaknya ini yang saya baca di kartu identitas Bapak.” Ungkap seorang petugas yang saat itu sedang menjalankan tugas rutinnya menjaga ketertiban berlalu lintas.

Seandainya, Anda adalah seorang guru, bisa jadi Anda akan serta merta merasa tersanjung dan barang kali bahkan merasa bangga dibilang sebagai orang yang telah berjasa, setidaknya bagi Bapak Petugas tersebut. Tapi, tidak bagi saya pribadi yang saat itu memang sedang berbincang dengan Sang Petugas tersebut, ketika saya sedang terkena razia saat berkendara sepeda motor dan kedapatan Surat Izin Mengemudi saya telah kadaluwarsa. Dengan nada halus dan penuh rasa hormat, Bapak Petugas pun kemudian menepuk bahu saya dan melanjutkan berbicara,”Saya yakin, Bapak tahu bahwa untuk berkendara sepeda motor mesti dilengkapi dengan Surat Izin Mengemudi, saya lihat SIM Bapak sudah lama mati, Silakan Bapak luangkan waku untuk datang ke Kantor Pelayanan SIM terdekat dan minta untuk dibuatkan SIM baru, tidak susah kok Pak untuk mengurus perpanjangan SIM selama sesuai prosedur yang benar!” “Baik Pak, terima kasih,” ucap saya diliputi rasa malu seraya melanjutkan perjalanan dan meninggalkan Bapak Petugas yang menurut saya begitu baik dan perhatian terhadap nasib seorang guru, setidaknya nasib seorang guru seperti saya Guru Swasta” Guru yang Selalu Was-Was Semata.  

Ironis sekali barangkali apa yang saya ceritakan di atas, lebih-lebih jika dikaitkan dengan posisi saya sebagai guru, guru yang sesungguhnya dianggap sebagai sosok yang selalu digugu dan ditiru, tetapi kedapatan tidak memiliki Surat Izin Megemudi yang masih berlaku saat berkendara di jalan. Sungguh suatu hal yang sesungguhnya sangat memalukan bukan?.  Namun, tentu saja hal seperti ini terjadi bukan sebagai suatu kesengajaan.

Kesibukan sebagai seorang guru yang harus bangun pagi-pagi benar sebelum ayam berkokok dan kemudian bergegas ke tempat tugas, bergelut dengan buku-buku, berinteraksi dengan puluhan hingga ratusan siswa, seabrek pekerjaan siswa yang menuntut untuk dikoreksi, belum lagi ditambah dengan melengkapi administrasi pembelajaran, adalah rutinitas yang harus dihadapi oleh seorang guru setiap hari selama lima hari dalam seminggu sampai hari menjelang sore lalu pulang sampai rumah selepas senja. Rutinitas yang seperti inilah yang tak jarang menyududtkan guru untuk mau tidak mau sedikit melupakan hal-hal di luar tugas sebagai guru dengan alasan ketidaktersediaan waktu lagi. Inilah potret situasi yang sering dihadapi oleh guru yang karena kondisi harus berdomisili jauh dari tempat kerja, sebab untuk beroleh hunian di sekitar tempat kerja adalah sesuatu yang sulit terjangkau oleh sebagian besar mereka  yang berprofesi sebagai guru. Tentu terkait dengan kondisi perekonomian dan guru pada umumnya. Sebab, pada realitanya kehidupan para guru masih banyak yang jauh dari layak.

Tidak heran, jika dalam peringatan hari guru yang jatuh pada tanggal 25 November  ini upaya peningkatan kesejahteraan guru masih saja menjadi isu klasik yang akan senantiasa dan terus-menerus bergulir sepanjang masa di setiap peringatan hari guru. Sering kita mendengar kabar tentang akan diangkatnya para guru honorer menjadi pegawai tetap pemerintah. Namun kenyataannya, hal ini lebih banyak menjadi angin segar semata sebab di sisi lain ketidaktersediaan dana APBN menjadikan pemerintah tidak memungkinkan untuk pengangkatan pegawai honorer tersebut.

Niat baik pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru melalui pemberian tunjangan profesi bagi guru-guru yang telah memiliki Sertifikat sebagai Pendidik, nampaknya belum sepenuhnya membantu. Banyak guru yang sebenarnya memegang sertifikat pendidik namun tidak bisa mendapatkan Tunjangan Profesi ini. Hal ini disebabkan karena guru-guru yang telah bersertifikasi tersebut tidak dapat memenuhi kriteria pemenuhan jam wajib mengajar minimal  guru pada periode penerimaan tunjangan yang sedang berjalan. Dan semakin hari, kondisi ini kian terasakan oleh banyak guru yang secara kebetulan berkiprah di sekolah-sekolah swasta. Yang karena kian maraknya persaingan di dunia pendidikan meski terhambat dalam hal perolehan siswa.

Sementara itu, lepas dari itu semua, seyogyanya dengan peringatan hari guru yang jatuh setiap tanggal 25 November ini, semoga guru tidak akan mengenal kata lelah apalagi memutuskan untuk berhenti berkarya dalam mendidik dan mencerdaskan generasi penerus bangsa. Apapun yang terjdi tetap siap dan siaga untuk memikul tanggung jawab dalam menyiapkan generasi  muda Indonesia agar mampu bersaing dengan bangsa lain.

Semoga….
Selamat Hari Guru !



0 komentar:

Post a Comment