Friday, 27 November 2015

Memasuki ruangan kerja pagi ini, suasana sangat berbeda sekali dengan hari-hari sebelumnya. Tampak sepi tak terlihat gelak dan tawa canda teman-teman. Teman-teman sepertinya sibuk dengan pekerjaan masing-masing di depan komputer. Bahkan aktivitas mengajar pagi ini seperti dinomorduakan. Mereka suntuk berkumpul di sebuah ruang yang biasanya sepi di waktu-waktu pagi ini.

Inilah suasana yang terlihat di hari-hari terakhir menjelang akreditasi sekolah. Akreditasi sekolah, sebuah moment yang teramat penting mungkin sehingga perlu menyita waktu sedemikian rupa. Atau apakah akreditasi identik dengan nafas dan detak jantung sebuah sekolah? Artinya, akreditasi bisa diartikan sebagai suatu saat yang menentukan kelangsungan hidup penyelenggaraan suatu satuan pendidikan. Bisa tidaknya sekolah menyelenggarakan pendidikan tergantungkah pada akreditasi?

Bila demikian, dapat dibayangkan bagaimana kesuntukan dan kesibukan yang seperti ini akan selalu terulang dalam kurun waktu lima tahunan. Mengapa tidak? Sebab mengacu pada peraturan pemerintah yang ada, bahwa akreditasi memang dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Terbayang di depan mata, bagaimana kesuntukan itu akan selalu menghantui setiap insan penyelenggara dalam bidang pendidikan.

Melihat situasi seperti pagi ini, rasanya ada sesuatu yang menarik untuk dicerna lebih lanjut. Paling tidak sesuatu yang sangat menggelitik sekali menurut pemikiran pribadi saya. Kemudian sebuah pertanyaan menarik yang mungkin sangat mudah untuk dipertanyakan pastilah demikian: Mengapa kondisi seperti ini harus terjadi? Lalu sebagai pertanyaan lanjutan pasti demikian: Apakah benar memang tidak ada cara lain untuk persiapan akreditasi selain dengan cara yang seperti ini?

Situasi menggelitik dalam persiapan akreditasi yang saya maksud di sini adalah kesan kesibukan yang luar biasa sekaligus cenderung semrawut. Kesibukan dan kesemrawutan itu terlihat jelas pada wajah-wajah pelaku persiapan akreditasi. Kesan kerja keras jelas sekali mereka lakukan seperti kejar target. Mengumpulkan berbagai berkas dan kelengkapan akreditasi yang harus dipenuhi yang jumlahnya sungguh luar biasa dan harus terkumpul dalam waktu yang sangat terbatas. Memang, pada akhirnya target yang ditetapkan pun tercapai dengan kerja keras semua pihak. Tapi, apakah hasil yang dicapai tersebut telah benar-benar maksimal? Setidaknya, apakah hasil tersebut telah merupakan hasil yang benar-benar sesuai dengan yang diharapkan? Jawabnya, pasti tidak! Itu artinya masih ada hasil yang lebih baik lagi yang masih bisa dicapai dengan prinsip kerja yang mungkin lebih baik ketimbang dengan hanya kerja keras itu.

Prinsip kerja yang saya maksud di sini adalah prinsip kerja cerdas. Prinsip kerja yang demikian terkesan tidak menguras banyak energi fisik dan juga pikiran, sebab prinsip kerja cerdas mencoba menyelaraskan antara kemampuan fisik dengan kemampuan berfikir. Menghadapi suatu pekerjaan yang besar sekalipun pekerja yang bisa bekerja dengan cerdas senantiasa berfikir untuk bagaimana bisa menyelesaikan pekerjaan tersebut tanpa harus menguras tenaga ataupun waktu dengan percuma. Sementara hasil kerjanya pun jauh lebih baik ketimbang si pekerja cerdas. Sekedar sebagai pembanding, berikut saya berikan ilustrasi mengenai mereka yang bekerja keras dengan mereka yang bekerja cerdas.

Budi, sebut saja begitu. Seorang guru muda yang sudah hampir 10 tahun mengabdikan dirinya di sekolah ini. Bila sedang tidak mengajar, aktivitasnya tak pernah lepas dari sebuah laptop yang selalu menyala di meja kerjanya. Pak Budi hampir tak pernah menggunakan waktu istirahatnya ataupun jam-jam kosongnya untuk benar-benar beristirahat. Apalagi duduk-duduk santai di luar ruangan guru. Setiap kali, yang saya lihat Pak Budi sepertinya ada-ada saja yang selalu harus dikerjakan. Setidak-tidaknya, itulah kesan yang selalu tampak pada dirinya. Pak Budi selalu sibuk dengan laptopnya di sela-sela jam mengajarnya. Sebuah kerja yang bernilai produktif tinggi tampaknya. Benarkah begitu?

Di sisi yang lain, di luar ruang guru, terlihat Pak Karyo sedang duduk-duduk santai di sebuah meja tua di sudut halaman parkir sekolah. Pak Karyo memang suka seperti itu. Setiap kali ada waktu istirahat, atau sedang jam sedang kosong tidak mengajar, selalu saja digunakannya untuk duduk-duduk santai sambil ngobrol ngalor ngidul dengan teman-teman yang lain. Sekalipun belum pernah terlihat Pak Karyo berlama-lama duduk di ruang guru, kemudian mengerjakan bermacam tugas terkait profesinya sebagai pendidik. Apakah dengan begitu Pak Karto bisa dibilang kurang produktif dalam bekerja?

Jelas dua karakter bekerja yang berbeda bukan? Bila melihat dengan mata telanjang saja, mungkin Anda akan mengatakan bahwa Pak Budi lebih bekerja dengan baik jika dibandingkan dengan Pak Karyo. Benarkah demikian? Jawabnya tentu saja belum tentu. Mengapa? Lihat saja kenyataan yang ada. Ketika di saat terakhir dead line suatu pekerjaan harus selesai. Pak Karyo selalu saja menggumpulkan apa yang harus dikumpulkannya lebih awal dari pada Pak Budi. Padahal selama ini Pak Budilah yang justru terkesan bekerja dan bekerja terus. Sementara Pak Karyo sama sekali tidak terkesan mengerjakan sesuatu.

Pertanyaan yang mungkin perlu kita camkan barang kali saja: Mengapa bisa sampai terjadi kondisi yang demikian? Apa yang terjadi dengan Pak Budi? Apa pula yang terjadi dalam diri Pak Karyo?

***

.

















Penyambutan Calon Peserta Didik Baru
Mengawali rangkaian kegiatan Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Pelajaran 2016-2017, SMP Tarakanita 2 Jakarta menggelar Open House bagi calon peserta didik baru,  baik yang berasal dari sekolah Feeder maupun Sekolah Non Feeder. Kegiatan Open House yang dilaksanakan hari Jumat, 27 November 2015 ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi para calon peserta didik  baru untuk secara lebih jauh mengenal Sekolah SMP Tarakanita 2. Di sis lain, bagi pihak sekolah, Open House ini tentu dijadikan sebagai kesempatan yang baik  untuk dapat memberikan informasi  tentang profil sekolah dengan  sejelas-jelasnya kepada calon peserta didik atau pun calon orang tua peserta didik.

Kedatangan calon peserta didik baru di Pendopo SMP Tarakanita 2 disambut dengan alunan gending selamat datang yang berasal dari permainan E-Gamelan siswa peserta Ekstrakurikuler E-Gamelan SMP Tarakanita 2 Tahun Ajaran 2015-2016. Dilanjutkan dengan ucapan selamat datang oleh Panitia Open House 2015 dilanjutkan sepatah kata dari Native Speaker  dan juga sambutan  dari Kepala Sekolah.

Dalam kegiatan Open House ini, panitia memaparkan profil sekolah kepada calon peserta didik baru, mencakup layanan akademis, meliputi kegiatan intrakurikuler dan juga kegiatan ekstrakurikuler. Terkait kegiatan akademis, kepada para calon peserta didik dipaparkan mata pelajaran muatan nasional dan juga mata pelajaran muatan lokal. Di antara muatan lokal tersebut adalah: TIK, Keterampilan Jasa, PLKJ, dan muatan lokal unggulan Bahasa Mandarin serta  Native Speaker. 

Tidak lupa, di hadapan para calon peserta didik baru dipaparkan juga berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di lingkup SMP Tarakanita 2 Jakarta meliputi : Bina Iman, Kepramukaan, Kir IPA, Kir IPS, Kir Matematika, Bahasa Inggris, Menulis Kreatif, dan ekstrakurikuler bidang keolahragaan, meliputi : basket, renang, dan futsal. Melalui berbagai jenis kegiatan ekstrakurikuler tersebut diharapkan nantinya dapat menjadi ajang bagi peningkatan dan juga penjaringan minat serta bakat siswa. 

Di kesempatan yang sama pula, diperagakan secara langsung di hadapan calon peserta didik baru, bagaimana peserta ekstrakurikuler E-Gamelan menunjukkan kebolehannya dalam bermain E-Gamelan. Pun juga dengan anak-anak peserta ekstrakurikuler Futsal dalam kesempatan ini juga mencoba memeragakan bagaimana kepiawaian mereka memainkan si kulit bundar. Ekrtakurikuler Futsal merupakan salah satu jenis ekstrakurikuler yang saat ini banyak diminati siswa.  Dalam waktu belakangan ini telah mengukir beberapa prestasi di beberapa event Cup-Futsal yang diselenggarakan oleh beberapa sekolah.

Diakhir kegiatan Open House ini, para calon peserta didik diberi kesempatan untuk berkeliling lingkungan SMP Tarakanita 2 Jakarta, agar mereka lebih mengenal ruang-ruang untuk kegiatan belajar mengajar. Dengan di dampingi kakak-kakak OSIS mereka dibawa melihat-lihat; ruang kelas, perpustakaan, lab fisika, lab biologi, lab komputer, lab bahsa, ruang audio visual, ruang musik, dan ruang OSIS serta ruang kepramukaan. Juga kepada calon peserta didik baru dipersilakan memantau secara langsung kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.

***

Wednesday, 25 November 2015

Setelah beberapa kali kegiatan kepramukaan rutin mingguan Gudep 0.515 - 0.516 SMP Tarakanita 2 Jakarta tidak dapat dilangsungkan oleh karena padatnya  agenda kegiatan siswa, kali ini Rabu  25 November 2015 Gudep 0.515 – 0.516 SMP Tarakanita 2  kembali menggelar kegiatan kepramukaan rutin.


Penggalang Tarki-2
Kegiatan kepramukaan kali ini juga akan menjadi kegiatan penutup dari serangkaian kegiatan kepramukaan yang diselenggarakan selama semester ganjil tahun ajaran 2015-2016. Hal ini sejalan dengan akan segera berakhirnya kegiatan belajar mengajar di semester ganjil  dengan akan dilaksanakan nya Ulangan Akhir Semester Ganjil Tahun Pembeljaran 2015-2016  di minggu depan.

Kegiatan kepramukaan kali ini diisi dengan agenda kegiatan tunggal yakni memupuk dan menggali ketrampilan serta kreativitas para pramuka penggalang melalui kegiatan membuat aneka kerajinan tangan dengan memanfaatkan barang-barang bekas.  Diharapkan dari kegiatan ini akan dihasilkan berbaga aneka kerajinan tangan yang dapat memberikan nilai lebih pada barang-barang yang jika dalam situasi pada umumnya sudah tidak bermanfaat lagi menjadi dapat bermanfaat kembali.

Diawali dengan tampilnya Kak Wuri dan Kak Vera yang memperkenalkan dan memeragakan bagaimana memanfaatkan koran bekas menjadi hiasan dinding, dan botol minum Aqua menjadi sebuah lonceng natal yang cantik,  sejumlah pramua penggalang kemudian berbaur dalam kelompok masing-masing untuk secara bersama-sama memperlihatkan kreativitas masing-masing dalam membuat aneka kerajinan tangan dengan memanfaatkan barang-barang bekas. Terlihat berbagai jenis barang bekas mereka telah persiapkan dari rumah, koran bekas, kardus makanan, plastik sedotan dan beberapa jenis barang bekas lainnya.

Selama kurang lebih satu jam, para pramuka penggalang begitu asyik memunculkan kreativitas masing-masing. Mereka berlomba untuk menghasilkan sebuah karya yang terbaik. Tentu selain karena dalam kegiatan kali ini akan diambil tiga karya terbaik dengan diberikan  hadiah, juga karena dari hasil kerajinan tangan ini nantinya akan digunakan sebagai hiasan natal pada perayaan natal bulan Desember nanti.

Sampai dengan tulisan ini diturunkan, kegiatan masih berlangsung sehingga belum didapatkan tiga hasil karya terbaik.

“Saya bisa jadi seperti ini juga karena jerih payah dan jasa dari guru-guru, termasuk Bapak tentunya, yang dalam pemahaman saya, Bapak juga adalah seorang guru, setidaknya ini yang saya baca di kartu identitas Bapak.” Ungkap seorang petugas yang saat itu sedang menjalankan tugas rutinnya menjaga ketertiban berlalu lintas.

Seandainya, Anda adalah seorang guru, bisa jadi Anda akan serta merta merasa tersanjung dan barang kali bahkan merasa bangga dibilang sebagai orang yang telah berjasa, setidaknya bagi Bapak Petugas tersebut. Tapi, tidak bagi saya pribadi yang saat itu memang sedang berbincang dengan Sang Petugas tersebut, ketika saya sedang terkena razia saat berkendara sepeda motor dan kedapatan Surat Izin Mengemudi saya telah kadaluwarsa. Dengan nada halus dan penuh rasa hormat, Bapak Petugas pun kemudian menepuk bahu saya dan melanjutkan berbicara,”Saya yakin, Bapak tahu bahwa untuk berkendara sepeda motor mesti dilengkapi dengan Surat Izin Mengemudi, saya lihat SIM Bapak sudah lama mati, Silakan Bapak luangkan waku untuk datang ke Kantor Pelayanan SIM terdekat dan minta untuk dibuatkan SIM baru, tidak susah kok Pak untuk mengurus perpanjangan SIM selama sesuai prosedur yang benar!” “Baik Pak, terima kasih,” ucap saya diliputi rasa malu seraya melanjutkan perjalanan dan meninggalkan Bapak Petugas yang menurut saya begitu baik dan perhatian terhadap nasib seorang guru, setidaknya nasib seorang guru seperti saya Guru Swasta” Guru yang Selalu Was-Was Semata.  

Ironis sekali barangkali apa yang saya ceritakan di atas, lebih-lebih jika dikaitkan dengan posisi saya sebagai guru, guru yang sesungguhnya dianggap sebagai sosok yang selalu digugu dan ditiru, tetapi kedapatan tidak memiliki Surat Izin Megemudi yang masih berlaku saat berkendara di jalan. Sungguh suatu hal yang sesungguhnya sangat memalukan bukan?.  Namun, tentu saja hal seperti ini terjadi bukan sebagai suatu kesengajaan.

Kesibukan sebagai seorang guru yang harus bangun pagi-pagi benar sebelum ayam berkokok dan kemudian bergegas ke tempat tugas, bergelut dengan buku-buku, berinteraksi dengan puluhan hingga ratusan siswa, seabrek pekerjaan siswa yang menuntut untuk dikoreksi, belum lagi ditambah dengan melengkapi administrasi pembelajaran, adalah rutinitas yang harus dihadapi oleh seorang guru setiap hari selama lima hari dalam seminggu sampai hari menjelang sore lalu pulang sampai rumah selepas senja. Rutinitas yang seperti inilah yang tak jarang menyududtkan guru untuk mau tidak mau sedikit melupakan hal-hal di luar tugas sebagai guru dengan alasan ketidaktersediaan waktu lagi. Inilah potret situasi yang sering dihadapi oleh guru yang karena kondisi harus berdomisili jauh dari tempat kerja, sebab untuk beroleh hunian di sekitar tempat kerja adalah sesuatu yang sulit terjangkau oleh sebagian besar mereka  yang berprofesi sebagai guru. Tentu terkait dengan kondisi perekonomian dan guru pada umumnya. Sebab, pada realitanya kehidupan para guru masih banyak yang jauh dari layak.

Tidak heran, jika dalam peringatan hari guru yang jatuh pada tanggal 25 November  ini upaya peningkatan kesejahteraan guru masih saja menjadi isu klasik yang akan senantiasa dan terus-menerus bergulir sepanjang masa di setiap peringatan hari guru. Sering kita mendengar kabar tentang akan diangkatnya para guru honorer menjadi pegawai tetap pemerintah. Namun kenyataannya, hal ini lebih banyak menjadi angin segar semata sebab di sisi lain ketidaktersediaan dana APBN menjadikan pemerintah tidak memungkinkan untuk pengangkatan pegawai honorer tersebut.

Niat baik pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru melalui pemberian tunjangan profesi bagi guru-guru yang telah memiliki Sertifikat sebagai Pendidik, nampaknya belum sepenuhnya membantu. Banyak guru yang sebenarnya memegang sertifikat pendidik namun tidak bisa mendapatkan Tunjangan Profesi ini. Hal ini disebabkan karena guru-guru yang telah bersertifikasi tersebut tidak dapat memenuhi kriteria pemenuhan jam wajib mengajar minimal  guru pada periode penerimaan tunjangan yang sedang berjalan. Dan semakin hari, kondisi ini kian terasakan oleh banyak guru yang secara kebetulan berkiprah di sekolah-sekolah swasta. Yang karena kian maraknya persaingan di dunia pendidikan meski terhambat dalam hal perolehan siswa.

Sementara itu, lepas dari itu semua, seyogyanya dengan peringatan hari guru yang jatuh setiap tanggal 25 November ini, semoga guru tidak akan mengenal kata lelah apalagi memutuskan untuk berhenti berkarya dalam mendidik dan mencerdaskan generasi penerus bangsa. Apapun yang terjdi tetap siap dan siaga untuk memikul tanggung jawab dalam menyiapkan generasi  muda Indonesia agar mampu bersaing dengan bangsa lain.

Semoga….
Selamat Hari Guru !



Thursday, 12 November 2015

Tim Tarki 2Y
Kembali Tim Futsal Tarki 2 menimang piala juara 3 dari ajang SMA Tarki 2 Cup tahun 2015. ini adalah prestasi kedua Tim Futsal Tarki 2 setelah sebelumnya pada bulan Oktober kemarin juga memperoleh juara ke-3 di ajang Tarlim Cup 2015.

Predikat juara 3 dipegang Tim Tarki 2 setelah di babak final dalam perebutan juara 3 berhasil menaklukkan tim dari MGS dengan skor 8-1. Harapan meraih juara 3 muncul setelah ambisi beroleh juara 1 atau 2 kandas setelah di babak semifinal Tim Tarki 2 menelan pil pahit saat melawan Tim Remaja Pluit. Dalam pertandingan semifinal yang digelar Kamis kemarin, Tim Tarki 2 bertemu dengan Tim Remaja Pluit dengan hasil akhir 8-9 untuk keunggulan Tim Remaja Pluit. Dengan beroleh kemenangan tipis atas Tim Tarki 2, di babak final Tim Remaja Pluit akan berhadapan dengan Tim Al Innayah yang berhasil mengalahkan Tim MGS di babak semi fianal.

Menurut pelatih Tim Tarki 2, kegagalan Tim Tarki 2 di babak semifinal lebih disebabkan karena kekurangdisiplinan pada tiap-tiap individu pemain. Pemain kurang bisa membangun  kerja sama tim sehingga cenderung permainan individu yang menonjol.

"Terlepas dari semua faktor yang ada, perolehan posisi juara 3 dalam ajang SMA Tarakanita 2 Cup 2015 ini patut untuk disyukuri," tutur pelatih.